Tubuh renta itu berjalan perlahan, sesekali ia tertatih menuntun sepeda tuanya melintasi jalanan rusak penuh lubang. Sepeda itu membawa ronjot (keranjang besar) berisi barang bekas. Meskipun kesusahan hingga langkahnya sempoyongan, sang nenek terus melangkah maju penuh asa.
Sang nenek tersebut adalah Mbah Yatim, warga Dusun Ploso, Desa Geluran Ploso, Benjeng, Gresik. Di usia senjanya, ia berjualan sayur hingga mencari rongsokan untuk menyambung hidup. Saban hari, ia berjualan di Pasar Benjeng.
Namun 5 bulan ini, Mbah Yatim mengaku cukup kesulitan. Jembatan Kacangan di Kecamatan Benjeng, Gresik ambruk dan tak kunjung diperbaiki. Padahal, jembatan ini menjadi akses terdekat dan termudah dari rumahnya menuju pasar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama 5 bulan pula, jembatan yang menghubungkan Desa Bulurejo dan Desa Gluranploso, Benjeng ini belum ada tanda-tanda perbaikan.
Mbah Yatim terpaksa harus memutar mencari jalur alternatif. Tentu saja ini cukup menyulitkannya. Sebab, jalan alternatif tersebut jauh dan kondisinya rusak.
Pantauan detikJatim, jalan alternatif ini memang penuh lubang. Jika hujan turun, lubang tersebut dipastikan menjadi 'kolam-kolam' baru. Selain itu, jalanan juga menjadi licin dan dipenuhi lumpur hingga bebatuan tajam.
Memang, warga sekitar telah menguruk jembatan tersebut dengan pasir dan melintas bergantian dengan mengesampingkan keselamatan. Namun, Mbah Yatim mengaku tak bisa melintas jembatan tersebut di usianya yang sudah tua. Ia takut jatuh.
"Lha kek nopo nak, kulo mboten saget nak lewat jembatan niku. Kulo wedi tibo nak nek lewat mriku. Kulo mending lewat mriki nak. (Lha bagaimana nak, saya tidak bisa lewat jembatan ambruk itu, saya takut terjatuh kalau lewat situ. Saya mending lewat sini)," kata Mbah Yatim, Selasa (31/5/2022).
![]() |
Bukan keinginan Mbah Yatim mendorong sepeda tuanya melintasi jalan alternatif yang rusak ketika Jembatan Kacangan ambruk. Jalanan yang penuh lubang dengan genangan air, membuatnya tak bisa mengendarai sepeda tuanya. Ia takut akan terjatuh, apalagi usai hujan, jalan alternatif ini licin.
"Nah kulo wedhi tibo e nak, nek tak tumpaki sepeda ne. Dalane rusak nak, opo male nek dawah, dalan e lejek, katah jeglongan dan lunyu. (Saya takut jatuh nak, kalau sepedanya saya naiki. Jalannya rusak nak, apalagi kalau hujan, jalannya becek, banyak lubang dan licin)," keluh Mbah Yatim.
Jika pagi, nenek 4 cucu ini sering menjual sayur di Pasar Benjeng, Gresik. Ketika sayurnya habis terjual, Mbah Yatim menyempatkan diri untuk mencari tambahan penghasilan dari mengumpulkan barang bekas untuk dijual lagi.
"Kulo niki nek injing, sadehan sayur nak. Nek pun telas, kulo mados rosokan, ben iso didol male. Lumayan nak ndamel tambahan tumbas mes. (Saya kalau pagi itu jualan sayur nak. Kalau sudah habis saya mencari barang bekas untuk dijual lagi. Hasilnya buat beli pupuk sayuran)," kata Mbah Yatim.
Ia pun berharap, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gresik segera memperbaiki Jembatan Kacangan agar warga yang mencari nafkah untuk keluarga tidak kesusahan saat menyebrang. Saat detikJatim menanyakan harapannya tentang Jembatan Kacangan, Mbah Yatim langsung mengangkat tangannya dan berdoa agar Pemkab Gresik segera memperbaiki jembatan ambruk tersebut.
"Rabbana atina fid dunya hasanah, ya Allah, mugi-mugi jembatane cepet-cepet dipernahi. Ben kulo mboten susah ya Allah. (Ya Allah, semoga jembatannya cepat dibenahi. Biar saya tidak susah berjualan sayur ya Allah)," Mbah Yatim merapal doa sembari menengadahkan tangannya dengan mata berkaca-kaca.
(hil/dte)