Ratusan pengungsi Afganistan kembali menggelar unjuk rasa di depan Kantor DPRD Sidoarjo. Kali ini mereka melakukan long march di jalan tengah kota hingga sempat membuat lalu lintas tersendat.
Para pengungsi Afganistan itu sempat berkumpul di depan Lippo Mall Sidoarjo. Dari lokasi itu mereka melakukan Long March melewati Jalan Pahlawan, Jalan Thamrin, Jalan A Yani, kemudian berkumpul dan berorasi di depan gedung DPRD Jalan Sultan Agung, Sidoarjo.
Selama perjalanan ke Kantor DPRD Sidoarjo dengan dikawal sejumlah mobil polisi itulah aksi long march menarik perhatian para pengguna jalan. Akibatnya, sejumlah pengendara memperlambat laju kendaraannya sehingga lalu lintas sempat tersendat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pantauan detikJatim, para pengungsi ini membawa sejumlah banner bertuliskan "We Need Our Rights" (Kami Membutuhkan Hak Kami). Baik saat Long March maupun saat menggelar aksi di depan gedung DPRD, para pengungsi Afganistan itu terpantau cukup tertib.
Korlab aksi Muhammad Ali (36) mengakui bahwa aksi seperti itu memang sudah sering mereka lakukan. Namun, para pengungsi yang saat ini tinggal di Rumah Susun Jemundo itu tidak akan pernah bosan untuk menuntut hak mereka.
"Setiap kali melakukan aksi demo ini menuntut bahwa kami segera dipindahkan ke negara ketiga," kaya Muhammad Ali didepan gedung dewan, Selasa (31/5/2022).
Muhammad Ali menjelaskan, dirinya bersama teman-temannya sesama pengungsi dari Afganistan itu sudah sekitar 11 tahun berada di Sidoarjo. Namun hingga saat ini pihak perwakilan UNHCR di Indonesia tidak memperhatikan nasib mereka.
"Pihak perwakilan UNHCR di Indonesia tidak memperhatikan kami. Dijanjikan akan dipindah ke negara ketiga, janjinya tidak terpenuhi," katanya.
M Rizal (28) pengunjuk rasa lainnya mengatakan, dirinya sudah 10 tahun tinggal di Rusunawa Desa Jemundo, Taman. Menurutnya, perwakilan UNHCR yang berada di Indonesia hanya menjanjikan pemindahan ke negara ketiga tapi tak kunjung terealisasi.
"Kami berharap bisa dipindah ke Australia, Canada, atau ke Amerika. Karena kami tinggal di Indonesia ini sudah tidak nyaman lagi. Kami tidak memiliki pekerjaan," tambah Rizal.
(dpe/fat)