Pemerintah Indonesia menargetkan terjadi pengurangan sampah nasional sebesar 30 persen pada 2025. Sementara, menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), pengurangan sampah di Indonesia baru bisa terealisasi 3,5 persen dari 33,3 juta ton timbunan sampah pada 2020.
Menilik hal ini, Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar mengungkap strategi komprehensif untuk menyelesaikan permasalahan sampah dengan penanganan dari hulu ke hilir untuk mewujudkan Kota Kediri sebagai zero waste city.
"Di Kota Kediri ini rata-rata debit sampah yang dihasilkan dari rumah tangga dan tempat usaha mencapai 140 ton setiap hari," ujarnya mengutip data Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan (DLHKP) Kota Kediri, Senin (23/5/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Abu mengatakan penanganan sampah kalau dimulai dari hulu itu bisa menghemat anggaran. Namun, hal ini lebih lama karena perlu mengedukasi masyarakat.
"Tapi mengaca pada negara-negara maju, pengelolaan sampah yang modern memang harus dimulai di hulu. Kalau semua hanya mengandalkan TPA, itu akan terus menumpuk dan menjadi bom waktu jika sudah tidak mampu menampung lagi," ungkapnya.
Seperti diketahui dengan keberadaan mahasiswa program Magang Merdeka Prodamas Plus, Pemerintah Kota Kediri mulai melakukan digitalisasi bank sampah melalui aplikasi E-Bank Sampah Kota Kediri. Dengan aplikasi tersebut, bank sampah dapat menghemat penggunaan kertas pada pencatatan nasabah serta pengelolaannya dapat dilakukan secara lebih sistematis dan aktual.
"Dengan aplikasi ini kita bisa mencatat data nasabah, terus ada fitur untuk memantau harga terkini berbagai jenis sampah, pencatatan setoran, hingga monitoring bank sampah yang bisa kami analisis datanya untuk kepentingan kami membuat kebijakan," tuturnya.
Lebih lanjut, kata dia, untuk mengurangi penumpukan sampah, limbah sampah yang ada di Kota Kediri pun dimanfaatkan. Limbah sampah organik dijadikan pakan ternak kambing. Bahkan ternak yang makan daun difermentasi ini tidak berbau menyengat dan kotorannya juga tidak menimbulkan polusi udara.
"Limbah dedaunan kering di jalan-jalan itu difermentasi dan bisa jadi bahan makanan kambing. Limbah sayuran di Pasar Grosir yang biasanya dibuang ke TPA juga bisa dibuat biskuit untuk makanan kelinci, bahkan produknya sudah dijual ke marketplace," ungkapnya.
"Limbah sampah seperti ini kan tidak bisa di-recycle, nah pemanfaatannya bisa dikompos atau kalau bisa dimanfaatkan menjadi pakan ternak lebih bagus, jangan dibakar karena polusi udara. Limbah dedaunan ini kelihatan sepele, tapi jumlahnya juga besar," jelas Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan Pertamanan Kota Kediri Anang Kurniawan.
Sementara itu, Koordinator Kader Lingkungan Ana Mulyaningsih menambahkan edukasi kepada masyarakat dengan cara datang ke rumah satu persatu ini memberikan waktu lebih lama berbincang dengan masyarakat. Warga juga bebas mengungkapkan masukan-nya dan tidak sungkan lagi. Berbeda jika edukasi dilakukan bersama banyak orang, warga cenderung pasif. Oleh karena itu, upaya edukasi dengan cara datang ke rumah satu persatu ini akan dilakukan secara berkelanjutan kedepannya oleh para kader lingkungan.
"Melalui cara ini diharapkan masyarakat bisa lebih sadar dan terus ikut terlibat dalam mengatasi permasalahan sampah sejak dari kawasannya," ungkap Ana.
(pkp/pkp)