Lebaran Ketupat, Ribuan Warga Meriahkan Praonan di Pesisir Utara Pasuruan

Lebaran Ketupat, Ribuan Warga Meriahkan Praonan di Pesisir Utara Pasuruan

Muhajir Arifin - detikJatim
Senin, 09 Mei 2022 17:45 WIB
tradisi praonan pasuruan
Salah satu perahu di tradisi Praonan di Pasuruan (Foto: Muhajir Arifin)
Pasuruan -

Setelah dua tahun ditiadakan, tradisi Praonan di Pasuruan kembali digelar. Masyarakat pun menyambut antusias tradisi di Hari Raya Ketupat yang sudah berlangsung puluhan tahun ini.

Ribuan orang sejak pagi sudah memadati kawasan pesisir Pasuruan. Masyarakat tumplek blek di beberapa pantai antara lain di Desa Semare, Kecamatan Kraton; Pelabuhan Kota Pasuruan; hingga Kecamatan Lekok.

Di pantai-pantai ini, para nelayan sudah menyiapkan perahu-perahu baik ukuran besar maupun kecil. Masyarakat cukup membayar sekitar Rp 10.000 per orang untuk naik perahu dan berkeliling ke laut sampai puas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sangat senang Praonan kembali digelar. Sudah dua tahun ini nggak ada, jadi warga juga sangat antusias," kata Ahmad Romadoni, salah satu warga di Pelabuhan Pasuruan, Senin (8/5/2022).

Mengantispasi kejadian yang tidak dinginkan ratusan petugas gabungan dari Polair Pasuruan, Polres Pasuruan, Polres Pasuruan Kota, BPBD dan pemerintah desa diterjunkan ke beberapa titik. Petugas memastikan perahu yang disewakan benar-benar layak.

ADVERTISEMENT

"Penumpang yang naik perahu juga di batasi, perahu kecil maksimal 10 orang, perahu besar 30 orang. Petugas juga patroli terus jangan sampai perahu berlayar terlalu jauh dan diminta saling menjaga jarak menghindari tabrakan," kata Kasat Polair Pasuruan AKP Winardi.

Menurut data pihak Sat Polair Pasuruan, perahu nelayan yang menyediakan jasa berkeliling laut pada Praonan tahun ini mencapai 1.000 unit. Warga yang datang ke pantai pada Praonan tahun ini mencapai lebih dari 6.000 orang.

"Dari Semare sampai Lekok ada sekitar 1.000 perahu. Warga yang datang lebih dari 6.000," jelas anggota Sat Polair, Aipda Laswanto.

Meski menguntungkan nelayan dan warga sekitar, tradisi ini berisiko tinggi. Pasalnya, masyarakat yang naik perahu tidak dilengkapi peralatan keamanan yang memadai, seperti pelampung dan lain-lain. Sebagian perahu nelayan hanya menyediakan jeriken sebagai pelampung darurat.

"Maka dari itu, semua petugas siaga penuh. Patroli terus dilalukan. Tradisi Praonan digelar sejak pagi hingga laut surut di sore hari. Semoga semua aman dan terkendali," pungkasnya.




(iwd/iwd)


Hide Ads