.webp)
Pada H+7 Lebaran, masyarakat Jawa masih banyak yang memegang tradisi kupatan. Menu ketupat yang dimakan dengan sayur lodeh tempe tahu dan kacang lentho ini biasanya dipadu dengan masakan ayam lodho.
Adanya tradisi ini, sangat berpengaruh terhadap penjualan daging ayam di pasar tradisional Kota Blitar. Seperti yang dituturkan Nyoto, pedagang ayam di Pasar Templek. Jika pada hari biasa dia menjual 60 kg daging ayam broiler, namun sejak akhir pekan lalu, penjualannya naik sampai 180 kg per harinya.
"Iya naik banyak. Soalnya banyak yang kupatan. Kalau biasanya hanya beli satu kilogram, sejak Sabtu lalu itu banyak yang beli sampai 3-5 kilogram," tuturnya kepada detikJatim, Senin (9/5/2022).
Sementara Zainal, pedagang di Pasar Legi juga mengungkapkan hal yang sama. Ada kenaikan sampai tiga kali lipat efek tradisi kupatan pascalebaran. Walaupun harga daging ayam broiler dibilang masih tinggi, namun para pembeli tetap membeli dalam jumlah lebih banyak.
"Pertengahan puasa itu harganya masih Rp 38 ribu per kilogram. Sejak akhir pekan itu sudah naik jadi Rp 42 ribu per kilogram. Tapi orang yang tetap beli walaupun mahal. Soalnya kupatan itu gak bisa lepas dari masakan ayam lodho," ujarnya.
Soal ayam lodho diakui Yayuk, warga Sananwetan Kota Blitar. Daging ayam yang menjadi bahan utama ayam lodho (opor ayam) rasanya paling pas disandingkan dengan ketupat dan sayur lodeh tempe tahu kacang lentho.
"Wes gandengane (sudah pasangannya) makan ketupat sama ayam lodho. Masio regane larang yo panggah tuku biar lebarannya dipungkasi dengan berbagi makanan ke tetangga dan kerabat dekat," pungkasnya.
(iwd/iwd)
