Puluhan warga di Situbondo mudik lebih awal ke Madura. Hebatnya, mereka rela menempuh perjalanan laut naik perahu kayu.
Mudik dengan perahu kayu perlu perjuangan ekstra. Selain ukurannya yang relatif kecil, keamanan naik perahu ini juga lebih rentan.
Kalau pun perahu kayu itu menggunakan mesin, mesinnya ala kadarnya saja. Waktu tempuh perjalanan laut dengan perahu kayu ini juga cukup lama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari Pelabuhan Panarukan Situbondo ke Pelabuhan Kalianget, Sumenep misalnya. Perlu waktu mencapai 5-6 jam bila ombaknya tidak terlalu besar.
Itu baru ke Kalianget, Sumenep. Sedangkan untuk tujuan ke Pulau Raas, Pulau Sapudi atau ke Pulau Kangean waktunya tentu lebih lama. Bisa 12 jam perjalanan.
"Ya mau gimana lagi, mas. Wong cuma setahun sekali. Terpaksa. Supaya bisa kumpul sanak saudara di kampung," kata Anwar, seorang pemudik asal Kendit, Situbondo kepada detikJatim di Pelabuhan Panarukan, Rabu (20/4/2022).
![]() |
Pria yang mengaku hendak mudik ke Pulau Raas bersama istri dan 3 anaknya ini mengatakan, beda waktu tempuh penyeberangan naik perahu kayu dengan kapal fery tidak terlalu lama. Selisih 1-2 jam.
"Tapi selisih harga biaya penyebrangan hampir separuh kalau dibandingkan dengan menggunakan fery. Kalau keluarga 5 orang, kan, lumayan selisihnya," kata pria yang berprofesi sebagai petani di Situbondo itu.
Hanya saja, kata Anwar, soal kenyamanan perjalanan memang sangat berbeda. Perahu kayu ukurannya memang lebih kecil. Sehingga ketika terkena hempasan gelombang pasti bergoyang.
"Kalau ombak lagi besar, ya kadang bisa mabuk laut. Tapi kami sudah sedia obat anti mabuk, kok," kata Badrus, pemudik asal Situbondo lainnya.
Pantauan di lapangan, puluhan pemudik tujuan ke Pulau Madura di pelabuhan Panarukan, Situbondo itu kebanyakan berasal dari Situbondo sendiri, Bondowoso, Jember, dan sekitarnya.
Mereka adalah para perantau asal Madura yang bekerja di Pulau Jawa. Momen 'boleh mudik lebaran' kali ini sebisa mungkin mereka manfaatkan untuk mengunjungi sanak saudara di tanah kelahiran.
(dpe/fat)