Tanah dan air dari Jatim yang ditanam di titik nol geodesi IKN Nusantara, Kaltim diambil dari 8 tempat berbeda. Delapan tempat tersebut menggambarkan kronologi peradaban di Jatim. Mulai dari Mataram Kuno sampai Majapahit.
Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim, Wicaksono Dwi Nugroho mengatakan, sampel air diambil secara berurutan sesuai kronologi terbentuknya peradaban di Jatim. Sampel air yang diambil dari masing-masing sumber hanya satu kendi. Kendi melambangkan wadah penghidupan.
Pertama dari Sumber Brantas di Cangar, Kota Batu. "Dari Sumber Brantas yang mengalir ke hulu Sungai Brantas, yang mana Sungai Brantas menghidupi Jatim," kata Wicaksono kepada detikJatim, Senin (14/3/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya, air dari Petirtaan Jolotundo di Desa Seloliman, Trawas, Mojokerto. Petirtaan ini mewakili peninggalan peradaban Mataram Kuno atau Kerajaan Medang periode Jatim.
"Jolotundo interpretasi saya yang membangun anak perempuan Mpu Sindok. Karena ada tulisan 977 saka. Petirtaan ini dari masa Mpu Sindok sampai Majapahit digunakan terus," terang Wicaksono.
Sampel air ketiga, lanjut Wicaksono, diambil dari Sumber Tetek di Candi Belahan, Desa Wonosunyo, Gempol, Pasuruan. Situs purbakala ini mewakili peradaban dari masa Darmawangsa Tguh sampai Airlangga.
"Sumber tetek lebih kepada masa Airlangga, dari masanya Darmawangsa Tguh sampai Airlangga," cetusnya.
Pengambilan sampel air berlanjut ke Petirtaan Sumberbeji di Desa Kesamben, Ngoro, Jombang. Menurut Wicaksono, situs purbakala ini menjadi peninggalan peradaban Kerajaan Kediri.
"Sumberbeji dibangun pada masa Kediri dan digunakan sampai Majapahit. Karena jaladwara (pancuran air) tidak ada yang sama, temuan porselin dari Dinasti Song sampai Yuan," jelasnya.
Dari Petirtaan Sumberbeji, barulah masuk ke peninggalan Majapahit. Yaitu Situs Sumur Upas di Dusun Kedaton, Desa Sentonorejo, Trowulan, Mojokerto. Karena situs purbakala ini diyakini sebagai bagian dari istana Majapahit.
"Sejauh ini, berpijak pada interpretasi peneliti sebelumnya, temuan arkeologi yang paling mendekati istana Majapahit kan di Situs Kedaton," ujar Wicaksono.
Sampel air untuk IKN Nusantara juga diambil dari Sumber Panguripan di Desa Pakis, Trowulan, Mojokerto, serta sumber air di Wisata Desa Randugenengan, Dlanggu, Mojokerto.
"Untuk Sumber Panguripan dan Randugenengan masukan dari penasihat yang lain, saya tidak paham latar belakangnya apa," kata Wicaksono.
Tidak hanya itu, kata Wicaksono, sampel tanah dari Bumi Majapahit juga diambil untuk ditanam di titik nol geodesi IKN Nusantara. Yaitu dari Situs Sumur Upas dan Situs Kumitir di Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo. Sampel tanah ditempatkan dalam kendil yang melambangkan rahim perempuan.
"Tanah diambil dari istana barat dan timur Majapahit. Harapannya membentuk spirit of Majapahit yang dibawa Jatim untuk IKN Nusantara. Kan nanti ada Ibu Kota Jakarta dan ada IKN, harapannya menggabungkan dua perbedaan itu sebenarnya satu," jelasnya.
Saat mengambil sampel air dan tanah dari Situs Sumur Upas, Sabtu (12/3), Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, air juga diambil dari hulu Sungai Brantas di Kota Batu.
"Karena awal kerajaan ini pindah dari Jateng ke Jatim mencari sumber air untuk membangun ekosistem di perairan dan kesejahteraan masyarakat pada awal Majapahit didirikan," ujarnya.
(iwd/iwd)