Sebuah kampung di Surabaya berada di tengah Jalan Ahmad Yani arah Wonokromo dan arah Bundaran Waru. Saat jalan macet, kadang warga tak bisa tidur.
Seperti yang disampaikan salah seorang warga, Samsul Arif. Menurutnya, suara bising saat macet tidak karuan.
"Kalau pas macet, sudah ramenya gak karuan. Tapi ya berhubung udah biasa, ya kadang bisa tidur. Kadang pas tidur ya berisik suara kendaraan, jadi gak bisa tidur," kata Samsul kepada detikJatim, Jumat (4/3/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain suara kendaraan, juga ada suara kereta api. "Di depan gang ini kan pas palang pintu kereta api. Ya setiap 30 menit selalu ada suara perlintasan ini," terangnya.
Kampung yang dimaksud yakni Kampung Jemur Gayungan RT O1 RW 03. Kampung ini tepat di sebelah utara Taman Pelangi.
Awalnya, kampung tersebut menyambung dengan permukiman yang berada di sisi barat Jalan Ahmad Yani. Namun setelah ada pembangunan jalan arah Wonokromo, sejumlah rumah jadi terpisah, dan kini menjadi Kampung Jemur Gayungan RT O1 RW 03.
"Sebelum tahun 1974, jadi jalan dari Wonokromo ke Waru hanya satu akses di sebelah timur (Hanya ada satu jalur Jalan Ahmad Yani). Setelah tahun 1974, pemerintah mengadakan jalan sebelah barat ini, untuk arus dari Sidoarjo atau luar kota masuk ke Surabaya (arah Wonokromo). Kebetulan saat itu terminal masih Joyoboyo. Jadi begitu awalnya," kata Suliono.
Suliono mengatakan, sejak tahun 1974, sejumlah rumah tersebut berada di tengah Jalan Ahmad Yani arah Wonokromo dan arah Bundaran Waru.
"Akhirnya terpisah. Dulu itu Jemur Gayungan I nyambung panjang sampai gang di seberang itu. Tapi sejak dibangun jalan, ya akhirnya terpisah oleh jalan raya," katanya.
(sun/sun)