Tiga Daerah di Jatim Ini Sukses Tekan Stunting, Simak Inovasinya

Tiga Daerah di Jatim Ini Sukses Tekan Stunting, Simak Inovasinya

Esti Widiyana - detikJatim
Rabu, 02 Mar 2022 17:30 WIB
Rencana Aksi Nasional Percepatan Penanganan Stunting Indonesia
Konferensi pers rencana aksi penanggulangan stunting nasiona. (Foto: Esti Widiyana/detikJatim)
Surabaya -

Empat kabupaten di Jatim masuk zona merah stunting. 18 kabupaten/kota lainnya masuk zona kuning, termasuk Surabaya. Sementara hanya ada 15 daerah di Jatim yang masuk zona hijau, dan hanya Kota Mojokerto yang masuk zona biru stunting di Jawa Timur.

Namun, menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI, ada sejumlah daerah yang bisa dibilang sukses menekan angka stunting dengan berbagai inovasi.

Di antaranya Kota Batu, Kabupaten Trenggalek, dan Kabupaten Ngawi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko beberapa tahun lalu sempat kaget, angka stunting di daerahnya mencapai 30%. Di pun bekerja sama dengan stakeholder dan tenaga ahli untuk menekan stunting.

"Alhamdulillah, setelah 5 tahun progres hingga sekarang ke angka 15%. Ada beberapa hal yang kami lakukan. Bukan saja ibu hamil, tapi remaja. Dari SMA sudah dapat pil setiap bulan untuk tambahan darah, sudah berjalan 5 tahun," kata Dewanti kepada wartawan dalam kegiatan Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting Indonesia (RAN PASTI), di Vasa Hotel Surabaya, Rabu (2/3/2022).

ADVERTISEMENT

Selain pelajar SMA, para calon pengantin juga dapat pembekalan. Pemkot Batu bekerja sama dengan Departemen Agama untuk memberikan pembekalan bagaimana mereka nantinya menjadi orang tua yang baik bagi anak-anaknya. Kemudian kehamilan terus dipantau sampai melahirkan.

"Kami juga memberikan penetrasi seluruh proses perkembangan manusia. Setelah lahir bagaimana di posyando sampai sebelum 2 tahun, dan memberikan pemahaman bahwa itu merupakan masa emas anak-anak," ujarnya.

Selain Dewanti, Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin memaparkan bagaimana dirinya mengatasi stunting.

Mulanya prevalensi stunting di Trenggalek mencapai 36% dan masuk zona merah. Selama 2 tahun terakhir angka itu turun menjadi hanya 18% dan sudah masuk zona hijau.

"Melalui timbang yang kami laksanakan dari hampir seluruh balita. Mencapai 85% yang kami timbang, dengan angka mandiri 9%. Kami yakin tahun depan bisa di bawah 10%," kata pria yang akrab disapa Gus Ipin dalam kegiatan yang sama, Rabu (2/3/2022).

Pemkab Trenggalek, kata Gus Ipin, juga melakukan 3 hal lainnya untuk menekan angka stunting di layer lingkungan, keluarga, dan individu.

"Lewat Adipura Desa, kualitas lingkungan, air bersih menjadi meningkat. Kedua, soal jamban. Ibu-ibu di sana sekarang berlomba-lomba bikin jamban. Keluarga itu macam-macam. Kalau perlu diberi dorongan tambahan penghasilan, ada program sehat dibayar. Kalau kamu mau sehat kami bayar dan kami kasih insentif," ujarnya.

Situasi yang sama di Ngawi pernah dialami. Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono menyebutkan pada 2018 silam stunting di Ngawi mencapai 34%. Pelan tapi pasti, saat ini angka prevalensi stunting di sana turun 50% menjadi 16,2%.

Sejumlah inovasi dia lakukan. Pertama, program Restu Ibu, yakni intervensi untuk percepatan penanggulangan gizi buruk dan stunting. Para ibu di sana juga digerakkan melalui payung program penanggulangan kemiskinan bertajuk Subuh Bergerak.

"Dalam Restu Ibu, eselon 2, eselon 3, dan eselon 4 semua dibagi rata menjadi orang tua asuh bagi ibu hamil. Secara berkala ada pendampingan. Setiap kehamilan di Ngawi dipastikan asupan gizinya, nutrisi pada ibu hamil. Itu menjadi tanggung jawab ASN pendamping. Ini untuk memastikan kecukupan gizi dan nutrisi kepada ibu hamil," kata Ony.

"Kami laksanakan monitoring evaluasi mulai subuh selepas Salat Jemaah. Alhamdulillah Ngawi signifikan penurunannya, sekarang 16,2%. Kami harap sinergi pemerintah pusat, provinsi, dan daerah dalam program Ran Pasti ini lebih detail lagi pada hal target nasional 14%. Saya rasa itu bisa," ujarnya.

Hasil evaluasi lewat program Subuh Bergerak yang berlangsung setiap Jumat, program itu membuatnya mampu melihat bagaimana penanganan stunting gizi buruk di posyandu. Lalu bagaimana melihat RT-nya, pendamping asuhnya, dan lainnya.

"Kami laksanakan monitoring evaluasi mulai subuh selepas Salat Jemaah. Alhamdulillah Ngawi signifikan penurunannya, sekarang 16,2%. Kami harap sinergi pemerintah pusat, provinsi, dan daerah dalam program Ran Pasti ini lebih detail lagi pada hal target nasional 14%. Saya rasa itu bisa," ujarnya.




(dpe/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads