Kaus Bersejarah Tolak Penutupan Dolly Dilelang, Mulai Harga Berapa?

Kaus Bersejarah Tolak Penutupan Dolly Dilelang, Mulai Harga Berapa?

Esti Widiyana - detikJatim
Kamis, 24 Feb 2022 10:12 WIB
lelang kaus penutupan dolly
Jarwo menunjukkan kaus yang dipakainya saat menolak penutupan Dolly (Foto: Esti Widiyana)
Surabaya -

Perajin tempe di Surabaya Jarwo Santoso melelang kaus penolakan penutupan Lokalisasi Dolly miliknya. Ia melelang kasus berserahnya tersebut karena perekonomiannya menurun dan ia juga butuh modal.

Berapa Jarwo akan melelang kaus tersebut?

Sayangnya pria 40 tahun itu tak menyebut nominal. Jarwo mengaku tak tahu akan dijual atau dilelang dengan harga berapa untuk kaus itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jarwo juga tak berani berandai-andai akan terlelang berapa kaus warna coklat itu. Ia mempercayakan pelelangan kaus itu ke temannya.

"Gak tahu (berapa nominalnya), nanti yang mau berapa. Gak tahu berapa, pokoknya dilelang. Awalnya kan curhat ke teman perlu modal. Terus ada kaos bersejarah itu," ujar Jarwo saat ditemui detikJatim di rumahnya di Putat Jaya, Kamis (24/2/2022).

ADVERTISEMENT

Jarwo sengaja melelang kaus penolakan penutupan lokalisasi Dolly karena dampak pandemi COVID-19. Kemudian ditambah usahanya sebagai perajin tempe yang tiga hari kemarin ia mogok produksi 3 hari sebagai protes mahalnya harga kedelai. Akhirnya ia terpikirkan untuk melelang kaus bersejarahnya dalam memperjuangkan Dolly-Jarak.

perajin tempe di surabayaJarwo dan usaha tempenya (Foto: Esti Widiyana)

Bagi Jarwo, kaus itu sangat bersejarah. Kaus itu digunakannya saat penolakan penutupan lokalisasi Dolly-Jarak. Ia sendiri saat demo menjadi humas PKL dan Front Pekerja Lokalisasi (FPL).

Kaus itu berwarna coklat, warnanya sudah hampir pudar. Pada bagian depan bergambar karikatur semua elemen masyarakat yang hidup di Dolly dari mulai PKL, Pekerja Seks Komersial (PSK), hingga muncikari yang menolak penutupan lokalisasi Dolly-Jarak.

Sementara pada bagian belakang tertulis FPL yang merupakan kepanjangan dari Front Pekerja Lokalisasi. Menurut pria 40 tahun itu, kaus tersebut merupakan seragam saat melakukan aksi penolakan penutupan lokalisasi Dolly 2012 hingga akhirnya benar-benar ditutup pada 2014.

"Setiap melakukan aksi selalu dipakai kausnya, semua pakai dari pedagang, PSK, muncikari, makelar dan warga juga pakai. Saya pakai terus kaus ini untuk menyuarakan penolakan penutupan Dolly waktu itu," cerita Jarwo.

Jarwo juga menceritakan kaus tersebut mengingatkannya pada perjuangan warga gang Dolly selama kurang lebih dua tahun. Sampai deklarasi penutupan gang Dolly benar-benar dilakukan.

"Kaus ini berkesan karena menemani semua warga Jarak-Dolly sampai perjuangan terakhir. Yang paling saya ingat dulu semua warga pakai kaus ini untuk demo tanggal 18 Juni 2014 di Islamic Center, saat deklarasi penutupan Dolly dilakukan," katanya.

"Dulu waktu deklarasi, semua jalan dari Putat, Kupang hingga Banyu Urip diblokade dan banyak warga yang ikut aksi blokade pakai kaus ini," tambahnya.

Jarwo akan merasa baik-baik saja ketika kaos bersejarahnya dibeli. Sebab, hidupnya saat ini sudah jauh lebih baik.

"Kalau dijual saya gak papa, kita menata hidup baru, sekarang Alhamdulillah jual tempe barokah. Dulu bersejarah dan sekarang meninggalkan masa lalu. Ternyata (Dolly) ditutup juga ada manfaatnya," urainya.

Kemudian, pada tahun 2015 tepatnya 3 bulan setelah lokalisasi ditutup ia membuka usaha tempe. Sebelum membuka usaha tempe, dulu ia membuka warung kopi.

"3 Bulan setelah penutupan buka usaha tempe. Pertama kali usaha sendiri, terus ada pelatihan dari pemkot, warga terdampak penutupan Dolly, ada banyak pelatihan. Aku usaha habis 5 kg, setelah itu ada program pelatihan mesin giling dikasih pemkot dan pendampingan dari mahasiswa, dan gerakan melukis harapan," kata Jarwo.

Jarwo menambahkan yang ia tahu tak banyak warga Dolly yang menyimpan kaus tersebut. Ia salah satu warga yang masih menyimpannya. Kausnya juga ada 2, hitam dan coklat. Namun kaos yang berwarna hitam sudah tidak jelas tulisannya.




(iwd/iwd)


Hide Ads