Dalam dua pekan terakhir, petani di Madiun mengeluhkan kebutuhan pupuk subsidi yang tidak cukup. Petani juga mengeluhkan pupuk subsidi yang dijual bebas oleh kios dengan harga mahal.
"Kita butuh pupuk ya berapapun harga dibeli. Yang heran, kenapa pupuk subsidi dijual bebas harga non-subsidi?" ujar kata salah satu petani Desa Bulakrejo Kecamatan Balerejo, Suratman (53) saat dikonfirmasi detikJatim, Kamis (2/2/2022).
Dia mengatakan bahwa harga pupuk yang dijual bebas seperti Urea dan Phonska mencapai Rp 240-250 ribu. Anehnya, karung pupuk yang dibelinya bertuliskan 'subsidi pemerintah'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang kita beli di luar kelompok tani itu bertuliskan bersubsidi pemerintah, tapi harga jauh lebih mahal. Kalau pupuk subsidi harusnya satu karung 50 Kg dan harganya Rp 95 ribu," kata Suratman.
Dijelaskan Suratman, pupuk bersubsidi itu dia beli di salah satu kios di Desa Tapelan. "Kadang juga beli di desa Babadan," jelas Suratman.
Hal senada juga diakui oleh rekan petani lainnya, Bibit (50). "Ini satu karungnya kemarin beli Rp 250 ribu. Ada tulisan pupuk bersubsidi pemerintah," papar Bibit.
Sebelumnya, petani di Madiun terpaksa membeli pupuk non subsidi dengan harga lebih mahal. Sebab, jatah pupuk subsidi kurang mencukupi.
"Terpaksa kita beli di luar kelompok tani (pupuk non subsidi), harga lebih mahal," ujar petani Dusun Kedungsemak Desa Bulakrejo, Kecamatan Balerejo, Suradi.
Suradi mengaku dirinya mendapat subsidi tiga karung pupuk Phonska, urea dan organik. Harga satu paketnya Rp 395 ribu. Pupuk yang seharusnya mencukupi kebutuhan sawahnya itu harus dibagi tiga petani.
(hse/iwd)