Tidak dapat dipungkiri, kolonial Belanda telah meninggalkan banyak bangunan berarsitektur indah di berbagai wilayah Indonesia, termasuk di Jawa Tengah yang salah satunya dikenal melalui keberadaan Benteng Willem I di Ambarawa.
Dikutip dari laman resmi Provinsi Jawa Tengah, warga setempat menyebut bangunan peninggalan kolonial ini sebagai 'beteng pendem' atau benteng terpendam, karena sebagian konstruksinya berada di bawah permukaan tanah dan berlokasi di area persawahan yang dahulunya merupakan rawa.
Menjadi saksi bisu perjuangan masyarakat Semarang melawan penjajahan, benteng ini masih tampak kokoh di tengah persawahan Desa Lodoyong, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini, Benteng Pendem Ambarawa masih kerap dikunjungi wisatawan karena keelokan arsitektur dan nilai sejarahnya.
Intip Keindahan Benteng Pendem Ambarawa
Sebagai bangunan bersejarah peninggalan kolonial Belanda, Benteng Fort Willem I atau yang dikenal juga dengan nama Benteng Pendem, memiliki tampilan arsitektur khas Eropa yang masih terjaga hingga saat ini. Tampilan bangunannya yang kokoh dan klasik membuat tempat ini sering dijadikan latar foto bagi para pengunjung yang datang.
Bahkan, bagian-bagian yang telah rusak justru menambah kesan estetik dan menghasilkan potret yang instagramable. Ini yang membuat keindahan Benteng Pendem Ambarawa sayang untuk dilewatkan.
Dikutip dari laman Badan Otorita Borobudur yang dikelola oleh Kementerian Pariwisata RI, benteng yang masih aktif digunakan ini hampir tidak mengalami perubahan besar, sehingga keasliannya tetap terjaga. Sebagian area benteng difungsikan sebagai Lapas Kelas IIA Ambarawa, sehingga hanya sisi utara yang dibuka untuk umum.
Struktur benteng tetap terdiri dari dua lantai seperti pada masa kolonial, namun pengunjung hanya diperbolehkan masuk hingga lantai dasar. Bagian lantai dua kini menjadi tempat tinggal pegawai lapas.
Karena usia bangunan yang sangat tua dan beberapa bagian yang rapuh, pengunjung perlu berhati-hati saat menjelajahi setiap sudut benteng. Kemudian para pengunjung juga sebaiknya mematuhi aturan yang telah ditentukan dari pihak pengelola.
Sejarah Benteng Ambarawa
Selain dikenal karena keindahannya, Benteng Ambarawa juga memiliki kisah sejarah yang panjang. Menurut laman resmi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, konon fondasi benteng ini diperkuat dengan balok-balok kayu jati berukuran besar. Hal inilah yang membuat sebagian bangunan tetap kokoh meski diguncang gempa besar, seperti halnya gempa yang pernah terjadi di Jogja.
Pada masa awal pembangunannya, Benteng Pendem difungsikan sebagai barak militer, gudang logistik, sekaligus penjara bagi ribuan serdadu Belanda. Kendati begitu, saat Jepang menduduki Jawa, bangunan ini kembali dialihfungsikan sebagai tempat tahanan.
Salah satu tokoh yang pernah ditahan di sini adalah sosok ulama dan pejuang, Kiai Mahfud Salam. Sosoknya kemudian wafat dan dimakamkan di luar kompleks benteng. Benteng ini juga tercatat menjadi salah satu titik perebutan wilayah saat pertempuran Palagan Ambarawa yang dipimpin oleh Jenderal Soedirman.
Penelitian yang diterbitkan oleh Universitas Diponegoro pada tahun 2016 turut kisah masyarakat tentang Benteng Pendem di masa lalu. Dikisahkan tempat ini dulunya dibangun selama 11 tahun, yaitu pada tahun 1834-1845 oleh ribuan pekerja pribumi. Benteng Pendem sempat menjadi pusat logistik militer, mulai dari penyimpanan peluru, meriam, kendaraan berat, hingga kebutuhan pangan bagi sekitar 12.000 prajurit.
Dilansir laman resmi Badan Otorita Borobudur, pada tahun 1844, benteng tersebut mulai dihuni oleh para serdadu Belanda meski proses pembangunannya belum sepenuhnya rampung. Pengerjaan benteng baru benar-benar selesai pada 1850. Pada saat itu diberi nama Willem I sebagai bentuk penghormatan kepada Raja Belanda yang berkuasa kala itu.
Peristiwa penting kembali terjadi pada tahun 1865 dan 1872 ketika gempa besar melanda Ambarawa yang mengakibatkan kerusakan pada bangunan benteng. Kondisi ini akhirnya membuat para prajurit harus pindah ke barak di luar area benteng. Seiring berjalannya waktu, bangunan benteng perlahan ditinggalkan karena langit-langitnya yang terlalu rendah dan dianggap tidak sesuai dengan postur tubuh orang Eropa.
Berwisata di Benteng Pendem Ambarawa
Berkunjung ke Jawa Tengah rasanya kurang lengkap tanpa menyempatkan diri melihat Benteng Pendem Ambarawa. Situs bersejarah ini dapat diakses dengan mudah, terlebih Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah menyediakan panduan rute wisata resmi untuk memudahkan para pengunjung sebagai berikut.
Untuk menuju lokasi benteng, wisatawan dapat melewati jalur lingkar Ambarawa atau mendekati area RSUD dr. Gunawan Mangunkusumo. Tanda paling mudah dikenali adalah sebuah gapura besar berwarna kuning. Dari Kota Semarang, perjalanan menuju benteng memakan waktu sekitar satu setengah jam menggunakan kendaraan pribadi.
Setibanya di wilayah tersebut, pengunjung bisa melalui Jalan Kyai Mahfudh Salam atau Jalan Benteng Dalam. Kedua jalan ini cukup sempit, sehingga mobil tidak bisa bersisian. Alternatif lain adalah masuk melalui kompleks militer dan Lapas Ambarawa, meski jalur ini memerlukan pemeriksaan keamanan yang lebih ketat.
Sekitar satu kilometer setelah melewati gapura kuning, warga telah menyediakan area parkir bagi wisatawan. Tarif yang diberlakukan cukup terjangkau, yaitu cukup membayar parkir Rp 5.000 per mobil dan Rp 2.000 untuk sepeda motor.
Itulah tadi beragam fakta menarik seputar Benteng Pendem atau disebut juga Benteng Fort Willem I yang letaknya ada di Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah. Semoga bermanfaat!
Artikel ini ditulis oleh Angely Rahma, peserta Program MagangHub Bersertifikat dari Kemnaker di detikcom
(anm/aku)











































