Melihat Pameran Lukisan Bung Karno di Kota Lama, Jadi Ruang Inklusif-Edukatif

Melihat Pameran Lukisan Bung Karno di Kota Lama, Jadi Ruang Inklusif-Edukatif

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Minggu, 29 Jun 2025 16:33 WIB
Caption: Suasana para pengunjung di Pameran Lukisan Bung Karno di Gedung Outdetrap, Kota Lama, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang, Minggu (29/6/2025).
Suasana para pengunjung di Pameran Lukisan Bung Karno di Gedung Outdetrap, Kota Lama, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang, Minggu (29/6/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng.
Semarang -

Gedung Oudetrap di jantung Kota Lama Semarang akhir pekan ini terasa berbeda. Sosok Presiden pertama RI, Ir. Soekarno tampil dalam 72 karya lukisan.

Suasana hangat terasa di Gedung Outdetrap di kawasan Kota Lama Semarang, Kelurahan Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara. Ruangan bergaya kolonial yang dipenuhi lukisan Bung Karno ini ramai dikunjungi selama momen libur sekolah.

Sebanyak 72 lukisan karya 36 seniman dipajang di pameran bertema Bung Karno yang digelar sebagai bagian dari 'Festival Mustika Rasa'. Bukan sekadar pameran biasa, ruang seni ini menjadi wadah pertemuan lintas generasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mulai dari pelukis profesional, penyandang disabilitas, hingga pelajar turut menjadi bagian dalam membuat lukisan Bung Karno yang kaya dengan semangat seni dan nasionalisme yang menyatu dalam ruang pameran.

Caption: Suasana para pengunjung di Pameran Lukisan Bung Karno di Gedung Outdetrap, Kota Lama, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang, Minggu (29/6/2025).Suasana para pengunjung di Pameran Lukisan Bung Karno di Gedung Outdetrap, Kota Lama, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang, Minggu (29/6/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng

Salah satu pengunjung asal Banyumanik, Intan Qudstia (24), mengaku terkesan dengan karya para penyandang disabilitas yang dipamerkan. Tampak ada sekitar enam lukisan para penyandang difabel yang terpajang.

ADVERTISEMENT

"Keren sih ini pamerannya. Yang paling mengesankan buat aku, ada lukisan dari teman-teman difabel," kata Intan kepada detikJateng di Gedung Outdetrap, Minggu (29/6/2025).

"Itu menunjukkan bahwa mereka juga bisa berkarya, dan hasilnya luar biasa. Jadi pameran ini bukan hanya soal seni, tapi juga ruang inklusi," lanjutnya.

Intan juga menyoroti hadirnya koleksi perangko yang menjadi bagian dari pameran. Menurutnya, ini bisa menjadi sarana belajar sejarah yang menyenangkan, terutama bagi generasi muda yang sudah asing dengan benda-benda klasik.

"Anak-anak muda sekarang mungkin nggak tahu gimana bentuk perangko, karena zaman sekarang sudah pakai WhatsApp. Tapi di sini mereka bisa lihat langsung sejarahnya. Jadi edukatif banget lah," katanya.

Sementara itu, di sudut lain pameran, Alyaa Nabila Zafira Yoesoef (17) tampak sibuk memotret beberapa lukisan dengan ponselnya. Alyaa, pelajar yang mengaku sebagai penikmat seni ini datang karena temannya ikut terlibat membuat lukisan.

"Aku suka banget vibes-nya. Setiap lukisan punya karakter sendiri. Tapi yang paling aku suka itu lukisan Bung Karno yang background-nya pink. Super cute, I want that in my room (Imut sekali, aku ingin lukisan itu untuk di kamarku)," ucapnya antusias.

Dengan adanya pameran tersebut, Alyaa berharap lebih banyak anak muda di Semarang yang mulai menghargai seni tradisional seperti lukisan.

"Sekarang semuanya serba AI, tapi lukisan itu kan hidup. Ada sentuhan manusianya. Jadi aku harap makin banyak remaja yang datang ke pameran kayak gini," tambahnya.

"Semoga teman-teman temaja di Semarang bisa lebih mengapresiasi seni, terutama lukisan. Ayo lestarikan lukisan lagi, karena traditional painting is beautiful," lanjutnya.

Terpisah, Tim penanggung jawab dari Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang, Markis Diyantoro, mengatakan pameran ini adalah bagian dari peringatan Bulan Bung Karno, yang berpuncak pada 28 Juni lalu.

"Ini kami adakan untuk mengenang Bung Karno sekaligus memberi ruang ekspresi bagi para seniman," kata Markis kepada detikJateng.

Tak hanya pelukis profesional, pameran ini juga melibatkan kelompok difabel dari Komunitas Sahabat Difabel (KSD) yang mengirimkan delapan karya lukisan. Salah satunya bahkan dibeli langsung oleh Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng.

"Teman-teman difabel ikut berkontribusi, dan ini penting karena menunjukkan bahwa seni itu inklusif. Mahasiswa dari UGRIS juga mengirimkan 15 karya. Jadi ini memang ruang kolaboratif," jelas Markis.

Caption: Suasana para pengunjung di Pameran Lukisan Bung Karno di Gedung Outdetrap, Kota Lama, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang, Minggu (29/6/2025).Suasana para pengunjung di Pameran Lukisan Bung Karno di Gedung Outdetrap, Kota Lama, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang, Minggu (29/6/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng

Pameran ini juga tidak memungut biaya sepeser pun dari para seniman. Bahkan, lukisan-lukisan yang dipamerkan juga bisa dibeli langsung dari pelukisnya tanpa perantara atau potongan dari panitia.

"Ini murni apresiasi dan bentuk dukungan terhadap seniman yang merasa seni sedang terpuruk. Kita bantu mereka bangkit," tegasnya.

Lukisan-lukisan yang dipamerkan menampilkan Bunh Karno dalam berbagai gaya, mulai dari realisme, naturalisme, hingga ekspresionisme, yang membuat pengunjung tidak hanya melihat figur Sang Proklamator, tapi juga merasakan semangat dan emosi dari tiap sapuan kuas.

Salah satu karya terbesar dalam pameran ini berukuran 2,7 x 2 meter, karya Hartono. Lukisan ini tidak memiliki label harga karena nilainya dianggap 'tak ternilai'. Markis berharap, masyarakat, termasuk para kolektor dan pegiat seni, bisa membeli karya-karya tersebut.

"Harapan kami, para bos-bos di Kota Semarang bisa memborong karya-karya ini untuk menghidupkan seniman-seniman kita," harapnya.




(apl/aku)


Hide Ads