PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau Injourney menampik narasi pemasangan eskalator di Candi Borobudur dan menyebut yang akan dipasang adalah stairlift. Ikatan Ahli Arkeolog Indonesia (IAAI) meminta pihak pengelola Candi Borobudur menimbang potensi dampaknya terhadap kelestarian candi Buddha terbesar di dunia itu.
Dikutip dari detikTravel, IAAI meminta agar pengelola menimbang dampak yang berpotensi ditimbulkan dari pemasangan stairlift itu. IAAI menyampaikan pada prinsipnya mereka mendukung program pemerintah melestarikan cagar budaya sebagaimana UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
"Sehubungan dengan pemasangan stairlift pada tangga pintu Candi Borobudur, kami mengimbau agar pihak pengelola mencermati secara seksama dampak yang mungkin ditimbulkan," kata IAAI dalam unggahan di akun Instagramnya, dikutip Kamis (29/5/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka menekankan Candi Borobudur merupakan warisan leluhur yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia (world heritage). Oleh karena itu, pemasangan stairlift hendaknya tidak berdampak pada kelestarian Candi Borobudur.
"Pemasangan alat tersebut hendaknya tidak menimbulkan kerusakan fisik maupun menurunkan citra Borobudur sebagai cagar budaya nasional dan warisan dunia," imbuhnya.
Diberitakan sebelumnya, Direktur Utama InJourney Maya Watono memastikan pemasangan stairlift dan ramp tak akan meninggalkan kerusakan pada struktur candi.
"Yang kami bangun prasarana naik candi yang bersifat portable. Ini bongkar pasang," kata Maya saat media briefing di Candi Borobudur, Selasa (27/5/2025).
"Kita tidak ada paku, kita tidak ada bor, kita tidak ada sama sekali penetrasi kepada bantu candi. Semua ini dilakukan dengan teknik sipil yang sangat diperhitungkan matang," lanjutnya.
Maya mengungkapkan, teknik pemasangan itu lazim digunakan di berbagai situs dunia seperti di Acropolis Athena, Yunani, dan ramp di Tembok Besar China.
"Bahkan di Angkor Wat (Kamboja) juga sudah ada," imbuhnya.
Adapun stairlift, kata Maya, juga dipasang di berbagai situs dunia. "Salah satunya di Castel of Crete (Kastil Kreta) Yunani. Sebenarnya ini hal yang sangat biasa," tuturnya.
Dia menambahkan, stairlift dibutuhkan untuk naik ke lantai di Candi Borobudur. Hal itu dilakukan, kata Maya, sebab bangunan candi dinilai cukup curam.
"Ini curam sekali dan sangat licin. Jadi, kita harus memproteksi batu-batu tersebut, tapi bagaimana kita bisa menjaga balance antara inklusivitas dan cagar budaya pastinya. Kami bisa pastikan ini tidak merusak candi sama sekali, semuanya bongkar pasang, semuanya portable dan ini juga sudah dengan Outstanding Universal Values (OUV) yang ditetapkan UNESCO," ungkapnya.
"Kami tidak berani main-main dengan cagar budaya. dan ini adalah spirit kami penjaga budaya yang memang itu tugas kami preserving heritage," tegasnya.
(aku/ams)