Dukuh Durensari di wilayah lereng Gunung Merbabu, Kabupaten Boyolali ini, tak jauh berbeda dengan kampung-kampung lainnya di wilayah pedesaan. Namun ada yang cukup istimewa, yang mungkin membedakan dengan dukuh lainnya.
Di sini, kita bisa bernostalgia dengan peralatan-peralatan tradisional zaman dahulu yang tentunya sempat hits di massanya. Juga bisa dolanan atau permainan-permainan anak pada masa lalu.
Sedangkan bagi anak zaman sekarang, mengunjungi museum ini bisa menambah pengetahuan soal peralatan-peralatan yang digunakan kakek-nenek dulu. Dari peralatan dapur, peralatan rumah tangga hingga peralatan pertukangan. Juga bisa mengenal permainan-permainan anak zaman dahulu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, di kampung ini, pengunjung juga bisa belajar unggah-ungguh atau sopan santun serta nilai-nilai tradisi budaya Jawa.
Itulah Kampung Edukasi Durensari. Berlokasi di Dukuh Durensari RW 10 Desa Kembang Kuning, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Sejak tahun 2022 lalu, warga merintis tempat tinggalnya itu menjadi Kampung Edukasi Durensari.
"Awal mula berdiri Kampung Edukasi Durensari ini berawal dari keprihatinan kami terutama untuk generasi muda sekarang, yang mungkin sudah mulai lupa akan adat budaya maupun tradisi kita, sebagai orang Jawa. Maka dari itu kami berinisiatif untuk membuat Kampung Edukasi Durensari ini," ujar Pemandu Wisata Kampung Edukasi Durensari, Santoso, Senin (9/12/2024).
![]() |
Belajar Tradisi Jawa
Di Kampung Edukasi Durensari ini ada sejumlah spot untuk mengingatkan generasi muda saat ini, yang mungkin sudah lupa tentang ada budaya atau tradisi Jawa.
Ada Griya Unggah-ungguh. Merupakan area atau tempat pembelajaran dan pendalaman unggah-ungguh Jawa. Di tempat ini, wisatawan akan mendapatkan pembelajaran tata krama dalam tradisi Jawa. Juga akan diperkenalkan seni wayang kulit.
Kemudian ada Griya Kawruh. Merupakan museum tradisional mini berisi barang dan peralatan rumah tangga kuno. Di Griya Kawruh ini terdapat alat-alat rumah tangga zaman dahulu, yang terbuat dari gerabah, kayu maupun bambu. Juga terdapat perabotan rumah tangga hingga peralatan pertukangan zaman dahulu. Tampak pula sejumlah televisi dan mesin ketik kuno.
Selain itu, ada Latar Srawung. Sebuah area di halaman rumah penduduk yang cukup luas sebagai arena permainan anak-anak zaman dahulu. Seperti egrang bambu, egrang bathok, ketapel, sreng, lompat tali dan lainnya.
Lalu, ada Griya Pelerenan. Merupakan bangunan rumah Joglo. Bisa digunakan sebagai tempat pertemuan atau rapat. Juga bisa untuk istirahat wisatawan.
"Tujuan utama tentunya untuk kembali mengingatkan ke generasi muda bahwasannya kita terlahir sebagai orang Jawa, biar nggak dibilang wong jowo ilang jawane," jelas dia.
Rute ke Lokasi
Untuk menjangkau kampung ini, bisa ditempuh dari dua jalur. Dari jalan Boyolali-Selo, sesampainya di Pasar Sayur Cepogo, berbelok ke kanan ke arah Ampel. Sesampainya di perempatan Karang Talung, Desa Gubuk, Kecamatan Cepogo, berbelok ke kiri atau ke arah barat.
Kemudian dari jalan Semarang - Solo, masuk di pertigaan Tompak, Ampel, Boyolali ke arah Cepogo. Sesampainya di perempatan Karang Talung, Desa Gubuk, berbelok ke kanan atau ke barat, menuju Desa Kembang Kuning.
Sesampainya di Dukuh Durensari, sudah terdapat sejumlah papan informasi tentang paket-paket wisata di kampung ini. Rumah-rumah warga yang digunakan untuk spot wisata edukasi itu juga dipasangi tulisan, sesuai spotnya. Seperti Griya Unggah-ungguh, Griya Kawruh, Latar Srawung dan Griya Palerenan.
![]() |
Sudah Dikunjungi 3000an Wisatawan
Santoso mengemukakan, dirintis sejak tahun 2022 lalu, Kampung Edukasi Durensari hingga saat ini telah dikunjungi kurang lebih 3.000-an pengunjung. Baik anak-anak sekolah hingga orang dewasa. Bahkan, dari foto yang dipasang di Griya Unggah-ungguh, juga wisatawan asing pernah mengunjungi kampung ini. .
"Jadi mereka ke sini itu selain berwisata tentunya tentang edukasi adat budaya yang disini, mereka bisa bernostalgia bersama tentunya dengan melihat barang-barang zaman dulu, yang mungkin sekarang sudah tidak digunakan lagi. Terus yang paling menarik, mereka bisa bermain kembali dengan permainan tradisional. Permainan zaman dahulu," imbuh dia.
Santoso menambahkan, awal-awal merintis Kampung Edukasi Durensari ini, mereka rela mendatangi sekolah-sekolah di sekitarnya untuk memperkenalkannya. Kini, pengelola juga menyosialisasikan melalui berbagai media sosial.
Salah seorang pengunjung, Sulistyo, mengaku senang bisa mengunjungi kampung ini. Kampung Edukasi Durensari ini cukup menarik, karena menyuguhkan hal yang berbeda.
"Seperti kita bisa bernostalgia dengan perabotan-perabotan rumah tangga zaman dulu, dan permainan-permainan zaman dulu yang sekarang ini sepertinya sudah sangat jarang dimainkan anak sekarang," katanya.
Harga Tiket Masuk
Untuk menikmati sejumlah obyek tersebut, pihak pengelola pun menawarkan dengan sistem paket. Paket Semar untuk wisatawan anak, dikenakan Rp 23.500 per anak, untuk dapat menikmati tiga spot, yakni griya unggah-ungguh, griya kawruh dB latar srawung.
Kemudian ada paket Gareng untuk pengunjung dewasa, dikenakan biaya Rp 49 ribu/orang untuk tiga wahana tersebut. Atau pelatihan kerajinan anyaman bambu, kerajinan aluminium dan pembuatan rempeyek atau sagon.
Lalu paket petruk dengan harga Rp 223 ribu/orang. Untuk 2 hari 1 malam, dapat menikmati 3 wahana, menikmati sunrise dan susu segar, menyaksikan dan belajar tari gambyong, serta kegiatan bersama warga dengan fasilitas 2 kali makan gratis.
Paket Bagong dengan harga Rp 425 ribu/orang. Untuk 3 hari 2 malam. Paket ini untuk paket komplit. Selain seperti di paket petruk, ditambah pelatihan anyaman bambu atau lainnya, senam dan makan 5 kali.
(apl/apl)