8 Daya Tarik Candi Ngawen Lengkap dengan Sejarahnya

8 Daya Tarik Candi Ngawen Lengkap dengan Sejarahnya

Naufal Adam - detikJateng
Selasa, 03 Sep 2024 10:26 WIB
Festival Bhumi Mandala di Candi Ngawen
Potret Candi Ngawen. (Foto: Arawinda Dea Alisia/detikTravel)
Solo -

Peninggalan bersejarah zaman kerajaan-kerajaan di Indonesia memiliki banyak rupa. Ada yang berupa arca, benteng, prasasti, monumen, serta candi.

Terdapat beberapa candi di Jawa Tengah yang ditemukan sebagai jejak peninggalan zaman kerajaan. Salah satu candi tersebut adalah Candi Ngawen.

Candi ini terletak di Kabupaten Magelang dan menjadi salah satu candi Buddha yang memiliki sejarah menarik di dalamnya. Dikutip dari laman resmi Kemdikbud, Pemerintah Kabupaten Magelang, dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, berikut adalah informasi mengenai sejarah, fungsi, dan daya tarik Candi Ngawen.

Sejarah dan Fungsi Candi Ngawen

Kompleks percandian Ngawen tertimbun material vulkanik Gunung Merapi selama berabad-abad sebelum akhirnya ditemukan kembali oleh pejabat Belanda, NW Hoepermans, pada tahun 1864. Di antara reruntuhan candi, Hoepermans menemukan arca Buddha.

Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh J Van Aalst pada tahun 1897, yang menguak susunan batu-batu pondasi candi di depan Candi Ngawen II dan menemukan arca Dhyani Buddha Amitabha di Candi Ngawen IV.

Ketertarikan para ahli purbakala Belanda terhadap Candi Ngawen semakin meningkat. Theodoor Van Erp, yang memimpin pemugaran Candi Borobudur pada tahun 1911, turut menginventarisasi batu-batu Candi Ngawen dan menerbitkan hasil inventarisasinya dalam buku berjudul Candi Ngawen pada tahun 1912.

Rangkaian penelitian dan penggalian di Candi Ngawen terus dilakukan, dipimpin oleh para ahli Belanda seperti FJ Perguin pada tahun 1925. Perguin berhasil memugar Candi Ngawen I dan II, dan dalam catatannya, dia menyebutkan bahwa kerusakan kompleks percandian ini disebabkan oleh letusan Gunung Merapi 1.000 tahun lalu.

Penggalian Perguin juga menghasilkan penemuan arca Dhyani Buddha Ratna Sambhawa dan piranti kuno berupa gantungan klinthingan (gentha) perunggu di puncak atap Candi Ngawen II pada tahun 1928. Temuan piranti upacara ritual agama Buddha ini kemudian dicatat oleh Stutterheim pada tahun 1935.

Menurut Prasasti Karang Tengah, Candi Ngawen didirikan pada tahun 824 M oleh Dinasti Syailendra pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Dalam prasasti tersebut, Candi Ngawen juga mendapat julukan Venuvana yang berarti hutan bambu.

Fungsi Candi Ngawen adalah sebagai tempat peribadatan umat Buddha. Hal tersebut sama dengan beberapa candi Buddha yang lain.

Candi Ngawen terdiri dari lima candi kecil yang tersusun rapi dari utara ke selatan, menghadap mengarah ke timur. Batu andesit menjadi bahan utama pembangunan candi ini.

Dua candi dihiasi arca singa jantan yang kokoh berdiri dengan dua kaki belakangnya. Di candi utama, terdapat patung Buddha dalam sikap duduk Ratna Sambawa, dengan gestur tangan Dyani Budha Ratna Sambawa. Posisi tersebut melambangkan momen ketika Buddha Gautama memohon bantuan Dewi Bumi untuk mengusir bahaya saat beliau bermeditasi di bawah pohon Bodhi.

Keindahan Candi Ngawen semakin lengkap dengan ukiran Kinara-Kinari, makhluk khayangan berwujud setengah manusia setengah burung. Relief tersebut menampilkan Kinara-Kinari diapit oleh kalpataru, pohon kehidupan abadi. Dahan-dahan kalpataru digambarkan menjuntai penuh dengan berbagai perhiasan indah.

Hiasan lain yang tak kalah menarik adalah motif tumbuhan sulur gelung. Tanaman menjalar dengan pola ikal berulang ini menghiasi pelipit bagian atas dan kaki candi. Di sisi luar kaki candi, terdapat pula relief bunga matahari di dalam lingkaran, menambah pesona Candi Ngawen.

Daya Tarik Candi Ngawen

Selain memiliki sejarah yang menarik untuk diketahui, Candi Ngawen juga memiliki beberapa daya tarik yang bisa menjadi alasan untuk detikers kunjungi. Berikut adalah daya tarik Candi Ngawen.

1. Perpaduan Arsitektur Hindu-Buddha

Candi ini memamerkan perpaduan gaya arsitektur Hindu dan Buddha yang memikat, terlihat jelas pada bentuk keseluruhan dan relief yang rumit.

2. Arca Buddha Dhyani yang Langka

Adanya patung Buddha Dhyani jarang ditemukan di candi lain di Jawa Tengah, menambah keunikan Candi Ngawen.

3. Lokasi yang Indah

Terletak di lereng Gunung Merapi, candi ini menawarkan keindahan alam yang menakjubkan dan suasana sejuk yang menyegarkan.

4. Lima Candi Berjajar

Kompleks candi ini terdiri dari lima candi kecil yang berbaris rapi dari utara ke selatan, semuanya menghadap ke timur.

5. Arca Singa

Dua dari candi memiliki arca singa jantan yang gagah berdiri dengan kaki belakangnya, melambangkan kekuatan dan menjaga candi dari roh jahat.

6. Patung Buddha Ratna Sambawa

Candi utama memiliki patung Buddha dalam sikap duduk Ratna Sambawa, dengan tangannya membentuk Mudra Dhyani Buddha Ratna Sambawa. Postur ini menggambarkan momen penting ketika Buddha Gautama meminta bantuan Dewi Bumi untuk mengusir bahaya saat beliau bermeditasi di bawah pohon Bodhi.

7. Relief Kinara-Kinari dan Kalpataru

Dinding candi dihiasi dengan ukiran Kinara-Kinari yang indah, makhluk kahyangan berwujud setengah manusia dan setengah burung. Sosok ini diapit oleh Kalpataru, pohon kehidupan yang dipercaya hidup abadi. Cabang-cabang Kalpataru digambarkan menjuntai dengan berbagai perhiasan indah, melambangkan kelimpahan dan kesuburan.

8. Motif Sulur Gelung dan Bunga Matahari

Sentuhan artistik lainnya terlihat pada motif Sulur Gelung, pola berulang tanaman menjalar dengan sulur berkelok-kelok yang menghiasi bagian atas dan kaki candi.

Selain itu, di bagian luar kaki candi terdapat relief bunga matahari yang mekar di dalam lingkaran. Bunga matahari melambangkan kejayaan dan pencerahan, selaras dengan nilai-nilai spiritual ajaran Buddha.

Demikian informasi mengenai sejarah, fungsi, dan daya tarik Candi Ngawen. Semoga bermanfaat ya, detikers!

Artikel ini ditulis oleh Naufal Adam peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(sto/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads