Puluhan karya foto terpajang di halaman Stadion Joyokusumo, Pati, dalam rangka Festival Wangi Pradesa yang digelar 6-11 Agustus 2024. Pameran foto ini diharapkan agar masyarakat dapat mengetahui ternyata Pati menjadi jalur rempah karena adanya pelabuhan kuno di Juwana.
Pameran foto ini banyak dikunjungi masyarakat dan pelajar. Mereka hadir untuk melihat puluhan karya foto dari pecinta fotografer di Pati Bumi Mina Tani.
Total terdapat 40 karya foto dari sejumlah fotografer di Kabupaten Pati. Temanya mengangkat tentang jalur rempah di kawasan tersebut. Mulai dari karya foto tentang galangan kapal, rempah, kebudayaan ketoprak, wayang, dan kelenteng dipamerkan dalam festival gratis itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Panitia Pameran Foto Beni Dewa mengungkapkan alasannya mengangkat tentang jejak jalur rempah di Pati. Menurutnya keberadaan jalur rempah di Pati memiliki nilai sejarah yang penting bagi perkembangan masyarakat di Pati.
"Dahulu Pati menjadi salah satu tempat persinggahan Bangsa Eropa ketika mencari rempah di Nusantara," kata Beni ditemui di lokasi acara, Rabu (7/8/2024) sore.
Dia mengatakan keberadaan jalur rempah berdampak bagi masyarakat. Seperti adanya akulturasi kebudayaan hingga adanya jejak pelabuhan kuno yang sampai sekarang masih ada.
"Harapan masyarakat bisa mengenal bahwa Pati memiliki kekayaan sejarah salah satunya jalur rempah," ujarnya.
![]() |
Dalam kesempatan yang sama, Pemerhati Sejarah di Pati, Ragil Haryo, berbicara mengenai jalur rempah di Pati tidak lepas dari adanya pelabuhan kuno. Pelabuhan yang dimaksud adalah Pelabuhan Juwana.
"Dulu Pati ada pelabuhan kuno ada di Juwana yang terkenal dengan galangan kapalnya, di mana kapal-kapal buatan dari Juwana itu juga disewa oleh pedagang lintas pulau," jelas Ragil yang merupakan guru sejarah tingkat SMA di Pati ditemui di lokasi.
Menurutnya Pelabuhan Juwana dulunya sebelum kemerdekaan, menjadi jalur datangnya bangsa Eropa ke Nusantara. Bahkan di Juwana terkenal dengan galangan atau tempat membuat kapal.
"Buatan Juwana ini terkenal dengan baik, salah satu galangan kapal terbaik dengan produknya mungkin mengambil kayu-kayu jati di wilayah Kendeng dan Muria," ujarnya.
Selanjutnya menurut Ragil pada abad ke-16 Pelabuhan Juwana menjadi ramai. Bangsa Eropa yang datang ke Jawa melewati Juwana. Mereka bertransaksi jual beli dengan warga Jawa asli.
"Di mana ketika kapal tidak boleh kosong, nah komoditi yang dibawa dari luar rempah dan lainnya sampai kapur barus, kain kemudian ditukar dengan komoditi yang ada dari Jawa, yang paling banyak adalah beras Jawa," ungkap dia.
Dari situlah Pelabuhan Juwana menjadi jalur perdagangan Bangsa Eropa yang datang ke Nusantara. Pelabuhan Juwana juga menjadi jalur alternatif bagi pedagang Eropa saat itu yang melewati Nusantara.
"Pelabuhan Juwana menjadi titik alternatif ketika Pelabuhan di Jepara sebagai Pelabuhan ramai itu terjadi musim yang tidak bisa dilewati kapal sehingga waktu itu dari Juwana kapalnya menuju Semarang," pungkas Ragil.
(cln/apu)