Nostalgia Pabrik Tua Sembari Menyesap Segar Limun Oriental Khas Pekalongan

Nostalgia Pabrik Tua Sembari Menyesap Segar Limun Oriental Khas Pekalongan

Robby Bernardi - detikJateng
Minggu, 05 Mei 2024 22:40 WIB
Limun Oriental Cap Nyonya Silhuet khas Pekalongan. Foto diunggah Jumat (3/5/2024).
Limun Oriental Cap Nyonya Silhuet khas Pekalongan. Foto diunggah Jumat (3/5/2024). (Foto: Robby Bernardi/detikJateng)
Pekalongan -

Selain dikenal dengan batik dan kuliner Nasi Megono, Pekalongan juga dikenal dengan minumannya yang legendaris. Minuman bersoda jenis limun ini merupakan usaha rumahan yang telah dirintis sejak tahun 1920. Namanya Limun Oriental Cap Nyonya Silhuet.

Minuman ini, kini kian eksis dan lebih dikenal di kalangan milenial. Terlebih saat kantor Limun Oriental dengan bangunan tuanya, disulap menjadi sebuah kedai.

Bernardi Sanyoto, merupakan generasi kelima, yang meneruskan usaha keluarganya secara turun temurun. Pada detikJateng, Bernardi, menceritakan kakek-buyutnya di tahun 1920 pertama merintis minuman Limun Oriental di Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Awal mulanya itu, kakek buyut saya merintis di tahun 1920 di Kedungwuni, Pekalongan. Beliau usaha home industri seperti itu, awalnya produksi kecil-kecilan terus menjajakan produknya ke pasar-pasar, ke toko-toko kelontong," kata Bernardi saat ditemui di Kedai Oriental di Jalan Rajawali Utara, Panjang Wetan, Kecamatan Pekalongan Utara, Jumat (3/5/2024).

Limun Oriental Cap Nyonya Silhuet khas Pekalongan. Foto diunggah Jumat (3/5/2024).Limun Oriental Cap Nyonya Silhuet khas Pekalongan. Foto diunggah Jumat (3/5/2024). Foto: Robby Bernardi/detikJateng

Menurut Bernardi, usaha keluarganya saat itu terus berkembang pesat. Hingga di tahun 1923, dari sebelumnya berproduksi di wilayah Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan, kemudian berpindah ke Kota Pekalongan, di lokasi yang saat ini masih digunakan untuk produksi sekaligus kedai limun.

ADVERTISEMENT

"Sejak 1923, beliau pindah ke kota Pekalongan ini dan memilih lokasi di sini, di jalan Rajawali Utara, untuk produksi massalnya seperti itu," ungkapnya.

Bernardi sendiri, sebagai generasi ke lima, mulai melanjutkan usaha keluarganya sejak 2017. Di tangannya, kantor pabrik limun itu disulap menjadi sebuah kedai limun dan tambahan menu pendukung lainnya.

"Awalnya tidak tidak kedai seperti ini. Di sini (awalnya) kantor sih, untuk menerima tamu, meeting karyawan," ungkapnya.

Untuk menarik pasar, ia merubah bangunan kantor yang tua, menjadi sebuah kedai. Perabotan meja kursi yang klasik dipertahankan. Bahkan, sejumlah peralatan kantor lawas, seperti mesin ketik, pernak-pernik keramik kuno, juga dipajang, sehingga menjadi daya tarik pengunjung.

Pada 2018, rumah yang ditinggali keluarga besarnya, dijadikan cagar budaya oleh Dinas Pariwisata.

"Ya memang bangunan lama kita tempati sampai sekarang. Selain tempat produksi juga rumah kuno, yang akhirnya dijadikan cagar budaya, menjadi daya tarik sendiri," imbuh Bernardi.

Limun Oriental sendiri menawarkan berbagai rasa yang disukai banyak kalangan. Dari rasa nanas, sirsak, sarsaparila, orange, framboze, kopi moka, bubbles, melon dan mangga.

Lokasi ini juga digunakan untuk produksi, tepatnya di belakang kedai. Uniknya lagi, ada kendaraan keluaran 1972, yang hingga saat ini masih difungsikan sama, yakni untuk mengantar pesanan Limun Oriental.

"Ya, semakin lama semakin ramai. Tidak saja kaum muda, ada juga orangtua untuk bernostalgia dengan minuman ini," ungkapnya.

Selain dijual di kedai, minuman ini juga dipesan oleh sejumlah kafe dan tempat tongkrongan anak-anak muda. Satu botol limun ini dihargai Rp 10 ribu.

Felix Ferdian (34) warga Kota Pekalongan, mengungkapkan dirinya kerap datang ke kedai untuk menikmati rasa limun .

"Hampir setiap Minggu saya datang ke sini. Lokasinya enak, seperti terbawa pada jaman dulu, bangunannya, pernak-perniknya. Kalau saya suka yang limun rasa kopi moka, segar cocok saat siang dan sore, apalagi diberi es batu," katanya.

Limun Oriental Cap Nyonya Silhuet khas Pekalongan. Foto diunggah Jumat (3/5/2024).Limun Oriental Cap Nyonya Silhuet khas Pekalongan. Foto diunggah Jumat (3/5/2024). Foto: Robby Bernardi/detikJateng

Beda dengan Felix, Dian (27) warga Pemalang, justru baru pertama kali merasakan Limun Oriental ini. Dia mengaku mendapatkan informasi tentang minuman tersebut dari media sosial.

"Tempatnya itu lho, estetik. Rajin, bangunan tua, dengan segala macam perlengkapan meja kursi dan benda-benda lainnya. Lokasinya asyik buat nongkrong. Ini saya pertama kali datang," katanya.

Menurutnya, lokasinya sangat menarik untuk berfoto. "Iya seakan kita dibawa masuk ke pintu gerbang tempo dulu," ungkapnya .

Lokasinya Limun Oriental tidak sulit untuk didatangi. Limun Oriental bertempat persis di belakang Rutan Lodji, tak jauh dari Titik Nol Km Kota Pekalongan.

Penasaran bernostalgia sambil mencicip limun bersoda legendaris ini? Kira-kira rasa apa yang pas ya?




(aku/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads