Jalan Alas Roban atau Jalur Alas Roban adalah salah satu jalur tanjakan yang cukup curam di daerah Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Jalur ini menghubungkan Kota Batang dan Semarang.
Jalur Alas Roban terkenal angker akibat tanjakannya yang berkelok. Lingkungan di sekitarnya juga masih berupa hutan yang minim penerangan. Ditambah dengan padatnya kendaraan saat arus mudik, jalur ini pun menjadi daerah yang rawan kecelakaan lalu lintas.
Bagi detikers yang tidak berasal dari Jawa Tengah, mungkin kurang familiar dengan jalan Alas Roban. Simak artikel berikut untuk belajar lebih dalam mengenai jalur angker ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Alas Roban
Mengutip buku berjudul Jalan Pos Daendels, sekitar 2 abad yang lalu, jalur Alas Roban merupakan bagian dari Jalan Raya Pos yang dibangun oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Herman Willem Daendels. Alas sendiri memiliki arti hutan.
Jalan yang dibangun Daendels mengikuti kontur alam Alas Roban yang berkelok-kelok. Pembangunan jalan ini membelah sebagian hutan jati di kawasan tersebut.
Di tahun 1990 hingga 2000-an, untuk mengurai arus lalu lintas yang kian padat di jalur Alas Roban, dibangunlah 2 jalur baru di sisi utara dan selatan jalan lama. Untuk membangun 2 jalur baru ini, sekitar 19 hektar area Alas Roban dibabat.
Adanya jalur baru mempercepat waktu tempuh kendaraan yang melintas di sana. Kawasan Alas Roban pun semakin terbuka dan ramai.
Tiga Jalur yang Membelah Alas Roban
Saat ini, ada 3 jalur yang melewati Alas Roban.
Yang pertama adalah Jalan Poncowati yang merupakan jalan lama. Lalu, ada Jalan Lingkar Selatan dan Jalan Pantura.
Kaya Beragam Jenis Buah
Di balik keangkerannya, Alas Roban ternyata merupakan tempat tumbuhnya berbagai jenis buah-buahan, salah satunya pisang. Mengutip situs resmi Pemerintah Kabupaten Batang, jalur Alas Roban yang angker ini menyimpan beraneka ragam jenis pisang, khususnya pisang tanduk madu.
Para penjual pisang ini banyak ditemukan di pinggiran Jalan Pantai Utara Pulau Jawa (Pantura), Desa Timbang, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Batang. Dengan lapak seadanya, mereka menjajakan pisang hasil produksi alam setempat.
Bukan hanya pisang, detikers juga bisa menjumpai buah-buah lain yang dijual, seperti buah sirsak, nangka, sukun, rambutan, durian, dan lain-lain.
Keberadaan pedangang buah di jalan raya Alas Roban ini sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Akan tetapi, belum ada perhatian lebih dari pemerintah setempat.
Ternyata di balik keangkerannya, Alas Roban juga menyimpan kekayaan alam yang menjadi mata pencaharian penduduk sekitar. Jika detikers melewati jalur ini, jangan lupa untuk berkendara dengan berhati-hati, ya.
(fds/fds)