Melihat Proses Pembuatan Batik Tulis dan Cap di Kauman Solo

Melihat Proses Pembuatan Batik Tulis dan Cap di Kauman Solo

Herlin Pratiwi - detikJateng
Kamis, 04 Apr 2024 08:00 WIB
Pembuatan batik tulis dan cap di Kampung Batik Kauman Solo, Rabu (3/4/2024).
Pembuatan batik tulis dan cap di Kampung Batik Kauman Solo, Rabu (3/4/2024). Foto: Herlin Pratiwi
Solo -

Di Kampung Batik Kauman Solo, wisatawan tak sekadar disuguhi beragam produk batik. Di sana, detikers juga dapat menyaksikan secara langsung proses pembuatan batik yang meliputi batik tulis dan batik cap.

Untuk diketahui, kain bahan batik di Kauman ada tiga jenis, yaitu katun rayon, prima, dan primis.

"Kalau batik tulis bagusnya pake primis, seratnya padat dan tebal, jadi hasilnya bagus," kata Manager Gunawan Setiawan Group, Nita, saat ditemui di Kampung Batik Kauman Solo, Rabu (3/4/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nita mengatakan, pembuatan batik tulis pakem sederhana butuh waktu sekitar tiga bulan. Sedangkan pembuatan batik tulis yang berpola rumit atau banyak isiannya bisa sampai enam bulan.

Salah seorang pembuat batik tulis di Kauman, Karni, menceritakan dirinya sedang membuat satu batik tulis dan sudah berlangsung selama dua minggu.

ADVERTISEMENT

"Saya membatik sejak kelas 5 SD. Sekarang sudah 50-an tahun lebih (usianya)," kata Karni.

Setelah motif batik digambar, kemudian kain akan diwarnai menggunakan pewarna alami. Untuk pewarnaan yang alami, pencelupan kain dilakukan hingga 60 kali agar menghasilkan warna cokelat yang diinginkan.

"Pewarnaan kita ada warna kimia dan alam atau kombinasi. Pewarna alamnya dari kayu, tapi gradasinya macem-macem. Untuk mendapatkan warna cokelat yang diinginkan itu bisa 30-60 kali pencelupan," ujar Nita.

Bahan alam yang digunakan ada dari kayu jambal untuk menghasilkan warna cokelat kemerahan, kayu sepet untuk warna cokelat muda, kayu tegeran untuk warna kuning, kayu tingi untuk warna cokelat, dan kayu kliko duwet untuk warna abu-abu.

"Kalau pewarnaan sintetis biasanya ada tiga proses, kalau tiga warna biasanya tiga kali (proses). Warna dasar, warna colet, sama warna yang terakhir lasem. Kalau nggak dikunci nanti warnanya jadi gonjreng (ngejreng)," jelas Nita.

4 Proses Pewarnaan Batik

Pegawai toko batik Domas, Andi menjelaskan proses pewarnaan batik ada empat, yaitu dibungkus lalu dicuci, direbus, dan dicuci kembali. Proses perebusan dilakukan untuk mengangkat malam pada kain, sehingga akan mendatangkan warna putih dalam pola.

"Habis dicat diwarna pakai warnanya, habis itu baru dibungkus minim dua jam habis itu baru dicuci sampai nggak keluar warna, nggak luntur, habis itu baru direbus," jelasnya.

"Habis ini itu diambil malamnya nanti malamnya naik ke atas, diambil dan malamnya bisa dipakai lagi. Nanti kalau diambil yang ada malamnya itu keluarnya warna putih, karena pas dicat ketutup malam. Jadi pas diangkat, malamnya keluar, warna putihnya keluar," sambungnya

Andi juga mengatakan ada dua proses pewarnaan, yaitu secara manual dan menggunakan mesin. Dengan mesin, pewarnaan 70-80 meter kain batik bisa dilakukan dalam sekali proses. Sedangkan untuk pewarnaan manual, hanya dua-tiga meter kain dalam sekali proses.

"Kalau yang alami itu pakai tangan dan prosesnya tradisional, satu-satu, nggak banyak," terangnya.

Proses Pembuatan Batik Cap

Batik cap dibuat menggunakan alat cap dari tembaga. Malam yang digunakan untuk batik cap berbeda dengan batik tulis.

"Ada alat namanya cap tembaga, diletakkan di malam panas. Jenisnya (malam) beda dengan malam batik tulis, mungkin lebih solid," ujar Nita.

Alat cap batik tersebut dibuat secara custom menggunakan desain pola khusus dan di tiap sisinya pun menyambung. Sehingga, saat digunakan untuk membuat membatik akan menghasilkan pola yang pas.

"Istimewanya dari alat cap ini tuh sanggit (nyambung), dari sisi ke sisi sanggit, jadi nyambung. Kuncinya kan itu, jadi kalo direpetisi di sini (kain) dia nyambung," jelas Nita.

Dalam sehari, mereka dapat membuat hingga 50 kain batik tanpa pewarnaan. Apabila langsung dengan pewarnaan, untuk 50 kain batik membutuhkan waktu seminggu.

Pertahankan Motif Khas Keraton

Pengurus paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman Solo, Gunawan Setiawan mengatakan Kampung Wisata Batik Kauman masih mempertahankan motif pakem khas keratonan.

"Kebanyakan di Kauman banyak yang masih tulis dan unik juga karena motifnya motif pakem, motif yang sudah banyak ditinggalkan oleh perajin batik. Di Kauman masih banyak yang bikin itu. Di Kauman masih ada sekitar 8 perajin yang masih meneruskan batik pakem," kata Gunawan.

Artikel ditulis oleh Herlin Pratiwi, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka detikcom.




(dil/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads