Toko oleh-oleh dan kue tradisional Nyonya Pang Muntilan, Kabupaten Magelang usianya sudah mencapai 100 tahun lebih atau 1 abad. Usaha yang dirintis sejak tahun 1912 hingga sekarang bahkan sudah memasuki generasi keenam.
Berdasarkan silsilah, generasi pertama dipegang Ny Lauw Kie Pang. Kemudian generasi kedua, Ny Lauw Ing Tjo. Kemudian untuk generasi ketiga, Tn Lauw Goen Thae dan Ny Lauw Djioe Nio. Adapun generasi keempat, Ny Tan Er Tien, generasi kelima Ny Lauw Hian Ay dan generasi keenam, Imanuel Jeffrey Leevianto (31).
Pemiliknya saat ini, yakni Jeffrey mengungkapkan rahasia Nyonya Pang bisa bertahan hingga sekarang. Bahkan, bisa melalui pandemi COVID-19.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pertama, Ny Lauw Kie Pang, tapi sebenarnya itu bukan namanya. Panggilannya Nyah Pang. Nama aslinya belum tahu, kalau batu nisannya masih ada, tapi tulisan China kuno. Terkenalnya Nyah Pang dari dulu," kata Jeffrey saat ditemui di tokonya, Rabu (6/12/2023).
Jeffrey pun tidak mengetahui Ny Lauw Kie Pang mengelola dari 1912 sampai kapan. Ia mengatakan bahwa generasi kedua merupkan menantu Ny Lauw Kie Pang.
"Generasi ketiga itu, kakak beradik. Nenek saya, Ny Tan Er Tien tahun 70 sampai 80-an (kelola toko). Terus, Mama sambil kuliah, bantu di sini. Ada sepupu tinggal di sini bantu, megang full-nya 88-an sampai sekarang masih. Cuma, nggak terlalu aktif, ngawasi aja. Mulai di sini 2017 sampai sekarang," ujar Jeffrey, lulusan Teknik Pangan, itu.
![]() |
Saat disinggung resep usahanya bertahan hingga 100 tahun lebih, Jeffrey mengatakan, dari dulu generasi kakek nenek ke atas yang diutamakan pendidikan.
"(Generasi ketiga pecah) Kalau di kami, ya Puji Tuhan pada akur. Dari dulu kenapa nggak dari dulu besar, 100 tahun lebih. Mungkin kalau dulu, kita mengutamakan pendidikan di keluarga. Jadi, dari dulu memang generasi kakek nenek ke atas, yang diutamakan pendidikan. Jadinya, pokoknya harus sekolah setinggi mungkin. Bahkan, generasi kakek buyutku ada yang dokter. Zaman Belanda, ya lumayan mahal, secara biaya, ini lumayan. Istilahe masuk STOVIA zaman dulu di Jogja, jadi dokter zaman itu," ujar dia.
"Setiap keturunan dibekali dengan pendidikan. Supaya nanti punya bekal untuk bekerja atau merintis usaha sendiri. Mungkin karena itu terus pada masih akur karena nggak dikasih warisan dalam bentuk materi atau bagian dari bisnis, tapi dari pendidikan. Sekarang banyak sudah nyebar kemana-mana juga kebanyakan sudah mapan dan bisnisnya sendiri atau mereka bekerja di perusahaan apa," sambung Jeffrey.
(cln/apl)