Di Muntilan, Kabupaten Magelang, ada toko oleh-oleh yang sudah ada sejak 1912. Kini usianya yang sudah lebih dari 100 tahun dan kini memasuki generasi keenam.
Toko legendaris tersebut juga sempat dibahas dalam novel 'Gadis Kretek' karya Ratih Kumala, dengan mendeskripsikan keberadaan Kota M. Salah satu untuk mendeskripsikan Kota M ini ada wajik Ny Pang.
Diketahui, Ny Pang atau Nyonya Pang merupakan toko oleh-oleh yang cukup terkenal di Magelang, tepatnya berada di Jalan Pemuda No 71 Muntilan. Di lokasi ada tulisan toko oleh-oleh dan kue tradisional Nyonya Pang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usaha jualan oleh-oleh telah dirintis sejak 1912 hingga sekarang telah mencapai usia 111 tahun. Bahkan kini telah memasuki generasi keenam.
"Dulu, awalnya cuma jualan jenang dodol pada tahun 1912. Itu pun pesanan," kata Imanuel Jeffrey Leevianto (31), penerus generasi keenam saat ditemui, Rabu (6/12/2023).
Jenang dodol saat itu dipergunakan untuk acara lamaran, mitoni, nikahan, atau pun lainnya. Kemudian berjualan keliling menggunakan tenong di kawasan Muntilan.
"Karena pesanan banyak, orang-orang suka. Kita jualan pakai tenong bambu digendong, keliling Muntilan. Tahun 50-60-an, baru buka toko. Toko pun awalnya (jual) jenang dodol," kata Jeffrey.
Menurut Jeffrey, setiap generasi membuat produk baru. Dulunya, jenang dodol terus menambah krasikan, kue moho, lapis dan lainnya.
"Tiap generasi nambah produk lagi. Sampai sekarang jadi banyak produknya," ujarnya.
![]() |
Oleh-oleh maupun makanan yang dijual tidak semuanya buatan toko. Ada juga yang merupakan titipan dari UMKM sekitar Muntilan, Magelang, Wonosobo, hingga Semarang. Sejak toko berdiri mereka juga menerima titipan produk makanan lainnya dengan harapan agar bisa berkembang bersama.
"Produknya sini jenang dodol, krasikan, wajik, tape ketan, beberapa jalan pasar, separuhnya buat sendiri. Selebihnya titipan dari UMKM sekitar sini. Ada Magelang, Semarang, Wonosobo, sekitar sini. Terus nggak bikinan sendiri semua dan nerima titipan. Dari dulu kita memang terima titipan," ujar Jeffrey.
"Awal buka toko, nggak semua produk sendiri. Kami pengin supaya berkembangnya bareng-bareng, tidak sendiri saja. Kalau sendiri, memang untungnya banyak, tapi kita hidup nggak melulu soal uang. Rezeki bisa dibagi dengan yang lain, rasanya lebih bermanfaat. Dengan untung yang lebih besar, bisa ikut berkembang bareng-bareng (konsep berbagi dan tolong-menolong). Bangsa Indonesia cirinya gotong royong," tuturnya.
Menurutnya, usaha yang dilakukan bisa bertahan sampai sekarang karena merangkul UMKM lain. Terutama saat pandemi COVID-19, mereka mampu melewatinya bersama-sama.
Salah satu pembeli oleh-oleh, Ranti (59) asal Jepara mengatakan, mengetahui keberadaan toko oleh-oleh Nyonya Pang dari media sosial.
"Tahu dari medsos, yang khas sini moho (kue). Terus disini, nggak moho saja yang dibeli macem-macem, tapi spesialnya memang moho," ujarnya.
(cln/cln)