Museum Radyapustaka Pelestari Manuskrip Kuno di Kota Solo

Museum Radyapustaka Pelestari Manuskrip Kuno di Kota Solo

Ahmad Rafiq - detikJateng
Kamis, 08 Des 2022 17:43 WIB
Serat Primbon Mangkuprajan, Solo, Minggu (16/7/2017).
Serat Primbon Mangkuprajan, salah satu koleksi manuskrip kuno di Museum Radyapustaka Solo. Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikJateng
Solo -

Bagi Anda yang berencana melakukan liburan ke Kota Solo, Museum Radyapustaka menjadi salah satu tempat yang perlu dimasukkan dalam daftar kunjungan. Di museum ini pengunjung bisa mempelajari sejarah dan perkembangan budaya Kota Solo.

Salah satu koleksi penting di museum tertua di Indonesia ini adalah buku. Radyapustaka Solo menyimpan banyak koleksi buku, termasuk ratusan manuskrip kuno yang dibuat dengan tulisan tangan.

"Pada awalnya museum ini berdiri di kompleks Kepatihan. Baru kemudian pada 1913 museum ini dipindah ke Loji Kadipolo yang merupakan lokasi saat ini," kata salah satu pengelola museum, Ki Totok Yasmiran.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada awalnya, Kepatihan memang menjadi tempat penyimpanan arsip, dokumen serta buku milik Keraton Kasunanan Solo. Hal itu yang membuat buku-buku kuno yang saat ini tersimpan di Museum Radyapustaka merupakan bagian penting dari sejarah Kota Solo.

"Terdapat sekitar 400 buku kuno yang dibuat secara carik atau tulis tangan," kata Totok.

ADVERTISEMENT

Beberapa buku atau naskah kuno yang tersimpan di Museum Radyapustaka di antaranya adalah Babad Mataram, Primbon Mangkuprajan, Kawruh Empu, dan Quran Jawi.

Menurut Totok Yasmiran, koleksi naskah kuno tertua di museum tersebut adalah Serat Yusuf. Naskah kuno ini ditulis pada 1729. Hingga kini buku dengan tulisan tangan itu masih cukup terawat.

"Buku itu dibuat oleh juru tulis di era Keraton Kartasura," kata Totok Yasmiran.

Sedangkan isi dari buku kuno itu adalah sejarah Islam di masa lalu di seputar kehidupan Nabi Yusuf.

Adapun buku itu merupakan sebuah karya sastra yang cukup penting dan ditulis dalam bentuk tembang macapat.

Bangunan Museum Radya Pustaka Solo.Bangunan Museum Radyapustaka Solo. Foto: Ahmad Rafiq/detikJateng

Namun, tidak sembarang orang bisa mengakses naskah kuno yang ada di Museum Radyapustaka. Sebab, naskah kuno itu sudah berumur puluhan hingga ratusan tahun sehingga sudah rapuh.

Saat ini, manuskrip yang ada di Museum Radyapustaka Solo hanya bisa diakses untuk kepentingan penelitian. Tentunya, ada beberapa prosedur yang harus dipenuhi.

"Misalnya perizinan penelitian dari Badan Perencanaan Daerah serta dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata," kata Totok.

Museum Radyapustaka hingga kini banyak dikunjungi oleh peneliti dari berbagai lembaga dan perguruan tinggi yang ingin belajar sejarah dan kebudayaan Kota Solo. Bahkan tidak jarang peneliti dari universitas luar negeri yang singgah di museum itu.

Agar isi naskah kuno itu tetap lestari, saat ini sebagian besar dari koleksinya sudah didigitalisasikan. Para peneliti bisa membaca isi buku dari hasil digitalisasi agar fisik naskah-naskah bersejarah itu terhindar dari kerusakan.




(ahr/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads