Mengenal Ndalem Tegalrejo, Tempat Penggemblengan Pangeran Diponegoro

Mengenal Ndalem Tegalrejo, Tempat Penggemblengan Pangeran Diponegoro

Adji G Rinepta - detikJateng
Senin, 14 Nov 2022 22:00 WIB
Ndalem Tegalrejo Jogja, tempat tinggal Pangeran Diponegoro di masa lalu.
Ndalem Tegalrejo Jogja, tempat tinggal Pangeran Diponegoro di masa lalu. Foto: Adji G Rinepta/detikJateng
Yogyakarta -

Selain Keraton dan Goa Selarong, ada satu tempat yang sangat dekat dengan sejarah kehidupan Pangeran Diponegoro di Jogja. Tempat tersebut adalah Ndalem Tegalrejo yang terletak di Jalan HOS Cokroaminoto, Tegalrejo, Jogja.

Ndalem Tegalrejo menjadi saksi Pangeran Diponegoro dididik dan digembleng pada masa kecilnya. Kini, Ndalem Tegalrejo lebih dikenal sebagai Museum Monumen Pangeran Diponegoro.

Dgembleng di Ndalem Tegalrejo

Perjuangan Pangeran Diponegoro dalam menumpas Belanda tentu sudah tidak diragukan lagi. Perang Diponegoro dan Perang Jawa menjadi cerita ketangguhan putra sulung Sri Sultan Hamengku Buwono III itu melawan penjajah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kehebatan Pangeran Diponegoro ini ternyata sudah diramalkan oleh kakek buyutnya, Sri Sultan Hamengku Buwono I, saat sang pangeran masih bayi.

Peter Carey dalam bukunya Takdir, Riwayat Pangeran Diponegoro (2014:4) menuliskan "Raja lanjut usia itu menitipkan bayi kepada Sang Permaisuri, Ratu Ageng, setelah meramalkan bahwa bayi ini akan mendatangkan kerusakan Belanda yang lebih besar daripada yang pernah Ia buat selama Perang Giyanti"

ADVERTISEMENT

Edukator Museum Monumen Pangeran Diponegoro, Rona menjelaskan setelah Sri Sultan HB I wafat, Pangeran Diponegoro yang masih berusia 7 tahun dibawa ke Ndalem Tegalrejo dan diasuh oleh nenek buyutnya, Ratu Ageng.

"Beliau (Sri Sultan HB I) meminta kepada permaisurinya, Ratu Ageng Tegalrejo untuk mendidik dan mengasuh Pangeran Diponegoro secara langsung," ujarnya kepada detikJateng, Senin (14/11/2022).

Ketua Umum Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro (Patra Padi), R Rahadi Saptata Abra mengatakan di Ndalem Tegalrejo inilah sang Pangeran diajari berbagai ilmu oleh Ratu Ageng.

"Sejak umur 7 tahun Pangeran Diponegoro di sini, diasah-diasuh oleh eyang buyutnya. Dipanggilkan guru ngaji, kemudian sastra, kemudian juga kanuragan, berkuda, dan sebagainya," jelasnya.

Pasukan Belanda kepung Ndalem Tegalrejo ada di halaman berikutnya

Tragedi Tembok Jebol

Dikutip dari Arsip Nasional Republik Indonesia, Pangeran Diponegoro menyadari betul kedudukannya sebagai seorang putra dari selir, da menolak permintaan ayahnya, Sri Sultan HB III yang akan mengangkatnya menjadi Raja.

Diponegoro lebih tertarik dengan kehidupan keagamaan dan merakyat sehingga lebih memilih tinggal di Ndalem Tegalrejo bersama Ratu Ageng daripada tinggal di Keraton.

"Karna banyak diasuh oleh perempuan, jadi sisi feminisnya juga ada. Makanya beliau lebih empati pada rakyat. Karena tahu betul apa yang dirasakan rakyat," jelas R Rahadi.

Ndalem Tegalrejo Jogja, tempat tinggal Pangeran Diponegoro di masa lalu.Tembok jebol di Ndalem Tegalrejo Jogja, tempat tinggal Pangeran Diponegoro di masa lalu. Foto: Adji G Rinepta/detikJateng

Hingga pada 20 Juli 1825, pasukan Belanda mengepung Ndalem Tegalrejo untuk menangkap Pangeran Diponegoro. Sang Pangeran pun menjebol tembok sisi barat dari Ndalem Tegalrejo dan berhasil meloloskan diri ke Goa Selarong.

"Saat beliau dikepung (Belanda), beliau langsung keluar dari sini (lubang tembok) kemudian meloloskan diri ke Goa Selarong. Sejak itu sudah tidak di sini lagi karena kediamannya sudah habis dibakar oleh Belanda yang marah karena tidak bisa menangkap Pangeran Diponegoro saat itu," jelas Rona.

Menjadi Museum

Saat ini, Ndalem Tegalrejo beralih fungsi menjadi Museum Monumen Pangeran Diponegoro. Di Museum ini terdapat barang-barang peninggalan Pangeran Diponegoro.

"Jadi untuk koleksi Museum terdiri dari relief, dalam ruang pamernya ada senjata, ada foto, kemudian ada arsip, ada kereta, gamelan, dan juga ada lukisan," terang Rona.

Selain museum, terdapat juga pendopo di tengah komplek Ndalem Tegalrejo. Pada perayaan Milad Pangeran Diponegoro ke-237 tahun, Sabtu (11/11/2022) lalu, di pendopo ini digelar pertunjukan wayang kulit dan beksan (tari tradisional) Diponegoro.

Halaman 2 dari 2
(ahr/aku)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads