Munggur Park, lokasi wisata baru yang terletak di lahan Desa Gatak, Kecamatan Delanggu, Klaten, Jawa Tengah bukan wahana besar. Namun destinasi wisata baru kelas desa itu tidak kalah ngehits dengan destinasi lain.
Objek wisata berkonsep wisata bermain dan kuliner (eat and play) itu tidak sulit dijangkau. Lokasi wisata yang menempati lahan sekitar 6.000 meter persegi itu terletak di sebelah utara Desa Gatak atau 100 meter dari Stasiun Delanggu.
Dari Jalan Jogja-Solo, setelah gapura Desa Gatak lurus ke arah timur sekitar 300 meter. Berada di tepi sawah dan tepi perlintasan kereta api, wahana wisata itu menyuguhkan udara segar persawahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk masuk lokasi, pengunjung tidak perlu merogoh kocek sebab gratis. Namun untuk menikmati berbagai wahana permainan, wisatawan harus membeli tiket.
Ada 11 wahana yang bisa dinikmati pengunjung menghabiskan liburan. Mulai dari jet coaster, bianglala, trampolin, gajah terbang, kora-kora, rumah balon, rumah kelinci dan lainnya.
Harga untuk menikmati wahana permainan pun tidak mahal karena hanya Rp 10.000-Rp 15.000 per orang. Setelah bermain, jika lapar pengunjung bisa menuju ke food court yang sudah disediakan.
Menunya beragam, mulai dari berbagai steak, gorengan, ayam goreng, sambal petai dan lainnya dengan harga terjangkau oleh dompet.
Munggur Park lebih berkesan jika dinikmati sore atau malam hari bersama keluarga. Kerlip lampu, pemandangan kereta api yang melintas setiap 15 menit seperti menyuguhkan suasana pasar malam di jaman dulu.
Menurut Direktur Operasional Munggur Park, Ovick Budi Raharjo pengelolaan Munggur Park dilakukan bekerjasama dengan Bumdes dan pemerintah desa. Sebab awalnya lokasi tersebut merupakan ruang terbuka hijau (RTH).
"Awalnya lokasi adalah RTH desa kemudian kami dan teman- teman pengusaha di komunitas menjalin kerjasama. Kita kelola untuk wisata model seperti pasar malam," jelas Ovick kepada detikJateng, Minggu (19/6/2022).
Sebab konsep awal adalah RTH, jelas Ovick, masyarakat bisa datang gratis sehingga tidak ada tiket masuk. Hanya saja dikenakan parkir yang dikelola desa dan Bumdes.
"Untuk parkir misalnya full dikelola Bumdes 100 persen. Kita mengelola wahana dengan memberdayakan pemilik arena permainan," papar Ovick.
Dibuka tanggal 23 April lalu, ungkap Ovick, tidak menyangka sambutan masyarakat luar biasa. Tidak hanya warga lokal yang datang tetapi juga dari daerah lain.
"Tidak hanya warga sekitar tapi juga dari luar daerah. Untuk weekend kita rata- rata bisa 1.500 orang pengunjung, bahkan pasca lebaran sampai pernah 8.000 orang sehari," sambung Ovick.
Munggur Park, ucap Ovick, memiliki tagline eat and play karena orang datang bisa makan dan bermain. Ada empat resto yang disiapkan.
"Ada empat resto yang kita kelola dengan serius sehingga tidak mengecewakan. Untuk restoran kita buka jam 11.00- 22.00 WIB tapi wahana buka jam 16.00 WIB," imbuh Ovick.
Rina, pengunjung asal Surabaya menyampaikan datang dari Surabaya untuk membuktikan Mungkur Park. Dirinya penasaran setelah melihat di Medsos.
"Saya tahu dari medsos, daripada penasaran saya kesini bersama keluarga. Kebetulan ada saudara di Delanggu," ucap Rina kepada detikJateng.
(sip/sip)