Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier sudah beberapa kali ke Indonesia, tapi baru kali pertama mengunjungi Candi Borobudur. Steinmeier sangat terkesan saat mendengarkan cerita restorasi Candi Borobudur dilakukan selama 10 tahun.
Dirjen Kebudayaan, Kemendikbud Ristek, Hilmar Farid mengatakan, Presiden Jerman berkunjung ke Candi Borobudur dan Kantor Balai Konservasi Borobudur (BKB) untuk melihat fasilitas laboratorium serta arsip 'Memory of The World'.
"Salah satu alasannya karena ada kerja sama dengan Jerman yang cukup baik untuk peralatan lab. Beliau tadi melihat apakah masih ada manfaat ternyata bertahun-tahun masih digunakan dan baik kondisinya dan tentu juga berkunjung ke candi melihat secara langsung beliau untuk pertama kalinya," kata Hilmar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hilmar mengatakan, Steinmeier yang baru pertama kali mengunjungi Candi Borobodur itu sempat naik hingga ke Arupadatu (stupa induk).
"Sudah beberapa kali ke Indonesia, tapi baru pertama kali ke Borobudur. Jadi tadi juga naik sampai Arupadatu sampai ke atas untuk melihat sendiri dan mendapat penjelasan dari teman-teman Balai Konservasi Borobudur," sambungnya.
Menurut Hilmar, secara umum kunjungan Presiden Jerman ini berjalan lancar. Steinmeier juga sempat membawa sandal upanat sebagai suvenir.
"Alhamdulillah kunjungannya bagus, beliau juga sangat puas. Sempat kita perkenalkan kepada sandal baru cuman karena waktu jadi nggak sempat kalau harus buka sepatu. Jadi beliau hanya bawa pulang, tapi pesannya sudah sampai bahwa ini sandal juga salah satu inisiatif untuk menjaga kelestarian dari candi," tegasnya.
Hilmar menuturkan, Presiden Jerman sangat terkesan dengan saat mendengar cerita restorasi selama 10 tahun yang dilakukan Indonesia dengan tenaga ahli yang ada. Selain itu, juga tertegun saat mengetahui jika setiap batu candi ada pasangannya.
![]() |
"Tadi beliau sangat terkesan ketika mendengar ini direstorasi selama 10 tahun oleh Indonesia menggunakan ahli-ahli kita dan tentu dengan teknologi komputer mungkin merupakan salah satu project komputer yang pertama 1973 membongkar seluruh batu diperkuat strukturnya dan kemudian disusun kembali. Beliau juga tertegun sewaktu saya bilang tiap batu ada pasangannya, jadi bukan sekadar menumpuk seperti hal konstruksi bata, tapi betul-betul ini satu mahakarya lah," tuturnya.
Kunjungan Steinmeier merupakan kunjungan kenegaraan pertama sejak pandemi COVID-19 melanda. Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Ristek, Hilmar Farid menyebut kunjungan ini menjadi kick off kunjungan-kunjungan berikutnya.
"Tentu harapannya juga akan membuka suatu lembaran baru di dalam kunjungan-kunjungan yang lebih teratur yang sangat memperhatikan pelestarian dan kick off oleh Presiden Jerman tentu sangat penting buat kita," kata Hilmar.
Kunjungan Presiden Jerman, kata Hilmar, nantinya bisa menjadi tolok ukur bagi pengelolaan kunjungan di Candi Borobudur. "Nanti (kunjungan Presiden Jerman) akan menjadi semacam tolok ukur lah bahwa ini lho kalau misalnya bawa kunjungan memang tata dengan baik, orang dibatasi untuk naik dan seterusnya. Jadi ini sekaligus mengirim pesan yang baik kepada masyarakat kita dan masyarakat dunia yang berkunjung kesini," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Pokja Kajian dan Laboratorium BKB, Nahar Cahyandaru menambahkan, Presiden Jerman sempat menanyakan adanya endapan putih di dinding candi. Selain itu, disampaikan pula perihal keausan yang ada di candi.
"Saya jelaskan bahwa endapan putih itu secara proses kimiawi yang terjadi dalam batuan, ada garam yang keluar kemudian membentuk endapan di permukaannya," ujar Nahar.
"Iya kalau keausan memang kita sampaikan karena tadi kita tawarin untuk menggunakan sandal, tapi sepertinya protokolernya yang mengarahkan go ahead makanya kita nggak bisa memaksa ya. Itupun sebetulnya kan upanat masih sifatnya itu memperkenalkan kepada publik, sosialisasi kepada publik jadi kita tidak memaksakan itu," pungkasnya.
(aku/ahr)