Kota Solo memiliki puluhan pasar tradisional yang menawan dengan ciri khasnya masing-masing. Beberapa pasar di antaranya bahkan diyakini sudah berusia lebih dari dua abad.
Memang belum ditemukan bukti tertulis terkait usia pasar yang eksis hingga ratusan tahun. Sejarawan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Waskito Widi, pun mengaku belum menemukan karya yang menuliskan tahun berdirinya pasar secara jelas.
"Pasar yang dimaksud adalah pusat kegiatan jual beli di zaman dahulu, bukan bangunannya. Kalau bangunan biasanya pasti tercatat kapan berdirinya," kata Widi kepada detikJateng, Kamis (23/12/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia memperkirakan pasar tertua di Solo yang hingga kini masih eksis adalah Pasar Gede. Hipotesis ini muncul karena lokasinya dekat dengan pusat pemerintahan saat itu, Keraton Kasunanan Surakarta yang berdiri pada 1745.
Selain Pasar Gede, ada juga Pasar Legi di utara Pura Mangkunegaran. Mangkunegaran berdiri setelah Kasunanan, yakni di tahun 1757. Dua pasar ini disebut telah menjadi pusat aktivitas perekonomian setelah berdirinya Kasunanan maupun Mangkunegaran.
"Tentu setelah pusat pemerintahan dibangun (Keraton Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunegaran), pasti muncul kegiatan perekonomian masyarakat. Di situlah muncul pasar," ujar dia.
Beberapa bukti kegiatan ekonomi di Pasar Gede ialah adanya pemukiman masyarakat Tionghoa di sekitar Pasar Gede. Selain itu, keberadaan Kali Pepe di sekitar Pasar Gede juga mendukung distribusi barang dagangan.
"Di situ kan ada pecinan Balong, mereka dulu kebanyakan masyarakat Tionghoa menengah ke bawah. Mereka membuat kue dan menjual di situ. Kemudian di situ ada juga sungai sebagai transportasi untuk distribusi barang ke pasar, sebelum ada kereta dan sebagainya," ujarnya.
Pemerintah saat itu juga menetapkan pasaran yang kemudian menjadi sebutan bagi pasar-pasar tersebut. Misalnya Pasar Legi yang ramai dikunjungi saat pasaran Legi.
"Ada Pasar Legi, Pasar Pon, Pasar Kliwon. Ini sudah menjadi agenda yang disusun keraton. Kemudian masyarakat mengikuti," kata Dosen Fakultas Ilmu Budaya UNS itu.
![]() |
Era pembangunan pasar
Menurutnya, era pasar yang dilengkapi dengan bangunan modern baru muncul pada abad XX. Salah satunya bangunan kembar Pasar Gede yang dirancang arsitek terkenal Thomas Karsten.
"Pasar Gede baru dibangun tahun 1927 di era Pakubuwono X. Sedangkan Pasar Legi dibangun tahun 1936 di era Mangkunegara VII," katanya.
Dalam buku Babad Sala (1984) yang ditulis RM Sajid, digambarkan bahwa Pasar Gede merupakan pasar yang paling ramai dibandingkan pasar-pasar lain. Pasar baru tutup pukul lima sore.
Pembangunan pasar disebutkan telah menghabiskan dana 300 ribu gulden. Pasar ini merupakan pasar pertama dengan bangunan bertingkat.
Sedangkan Pasar Legi pada awalnya hanya ramai saat hari pasaran Legi. Namun dalam perkembangannya sekarang, Pasar Legi menjadi pasar induk yang buka 24 jam setiap hari.
Baik Pasar Gede maupun Pasar Legi sama-sama mengalami beberapa kali renovasi hingga menjadi bangunan yang sekarang ini. Renovasi antara lain dilakukan karena kebakaran.
Pasar-pasar legendaris di Solo. Simak halaman berikutnya..
Pasar legendaris lainnya
Kota Solo juga memiliki pasar-pasar legendaris lainnya. Ada Pasar Klewer yang lokasinya berada di antara Keraton Kasunanan Surakarta dan Masjid Agung Surakarta.
Pasar khusus tekstil ini awalnya dikenal dengan nama Pasar Slompretan. Seiring waktu, pasar tersebut semakin ramai dan barangnya pun pating klewer alias tidak tertata dengan rapi, sehingga dinamakan Pasar Klewer. Pada tahun 1970, pasar dibangun menjadi dua lantai oleh Presiden Soeharto.
Kemudian ada Pasar Triwindu yang merupakan pusat barang antik dan kerajinan. Dinamakan triwindu dengan arti tiga windu, yakni didirikan untuk memperingati 24 tahun kenaikan takhta Mangkunegara VII.
Pasar Kembang yang berada di perempatan Jalan Honggowongso, dahulunya adalah tempat penjualan bunga untuk sesaji, ziarah, maupun upacara pemakaman. Namun kini pasar bertumbuh hingga menjual bunga hias.
Pasar Pon berlokasi di depan Pura Mangkunegaran (Ngarsopuro) mulai ada pada tahun 1924. Pasar yang terdiri dari kios-kios kecil ini menjual berbagai kebutuhan rumah seperti toko kelontong.
Sesuai namanya, Pasar Pon ramai dikunjungi saat hari pasaran jawa Pon. Kini pasar tersebut sudah tidak eksis. Namun demikian, lokasi di simpang empat Ngarsopuro itu masih dikenal dengan nama Pasar Pon.