Ratusan anak-anak putra dan putri antusias mengikuti pertandingan sepak bola di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Uniknya dalam pertandingan yang digelar, tiap satu tim berisi pemain campuran putra dan putri.
Diketahui, ratusan peserta yang bertanding itu mengikuti Soccer Challenge 2023 di Supersoccer Arena, Rendeng Kudus, Jumat (15/12/2023). Mereka terdiri dari usia 10 tahun dan 12 tahun. Ajang tersebut digelar selama tiga hari, Jumat (15/12/2023) hingga Minggu (17/12/2023).
Uniknya, para peserta bermain dengan sistem 7 vs 7 yang artinya komposisi setiap tim lima pemain putri dan dua pemain putra dalam sebuah tim di atas lapangan. Adapun peserta untuk U-10 ada 20 tim. Sedangkan U-12 ada sebanyak 20 tim.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Coach Timo Scheuneman mengatakan komposisi campuran putra dan putri dalam sebuah tim pembinaan sepak bola masih terbilang jarang di Indonesia. Kesempatan tersebut kata Timo merupakan bagian dari strategi akselerasi yang tepat untuk perkembangan bakat pesepakbola putri.
"Kita lihat di cowok, di paling bawah mereka dengan sendirinya akan bermain mencari SSB, itu untuk cowok, masalahnya cewek di sekolah tidak main, yang mencari SSB juga sedikit akhirnya ada cuman satu dua, jarang yang satu tim khususnya perempuan, jadi ini anomali tidak bisa terbalik di Kudus," kata Timo, pelatih sepak bola berlisensi UEFA A di Koeln Jerman kepada wartawan di Kudus, Jumat (15/12/2023).
"Ceweknya banyak banget nih ada 2.100 pemain, ini sebuah perpindahan, oleh karena itu dari pertama sekolah yang ikut 32, sekarang lebih 100 sekolah yang ikut, karena banyak pemain putrinya dan mereka masih pemula, saya memilih pemain juga kesulitan karena pemula," ia melanjutkan.
Meski begitu, menurutnya kompetisi ini merupakan cara yang tepat untuk mencari bakat-bakat pesepakbola sejak usia dini. Terutama untuk sepak bola putri yang memang jarang ditemui di Indonesia.
"Oleh karena itu kita dari beberapa tahap, dari kemarin bermain sedikit menonjol, sudah ada 320 pemain, yang nanti akan berkurang menjadi 50-50, dan akan berkurang lagi sekitar 21 pemain seperti itu," ungkap dia.
![]() |
Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation Yoppy Rosimin mengatakan, ratusan anak-anak peserta Soccer Challenge telah dipilih dan mengikuti turnamen sebelumnya. Mereka dilatih oleh tim pelatih sejak Bulan September 2023 lalu.
"Itu diramu sedemikian rupa oleh teman-teman pelatih. Turnamen ini bisa berkompetisi dengan ketat, diharapkan sudah ada kemajuan yang signifikan," ungkap Yoppy kepada wartawan di Kudus.
"Kita pengennya the best 1-2 Asian, otomatis timnas perempuan lolos piala dunia. Kita berpacu dengan waktu kolaborasi semua pihak, pelatih atlet, sekolah kita saling berlatih menuju prestasi dunia, kita tidak main-main," lanjut dia.
Yoppy mengatakan kompetisi ini meniru sepakbola di Amerika dan Jepang. Menurutnya pemain sejak dini telah dilatih bermain sepak bola dengan tujuan agar ke depan ada tim sepak bola putri dan putra yang berkualitas.
"Kita meniru melihat yang terjadi di Amerika Jepang sepak bola sangat maju, mereka sejak kecil bersama laki-laki U-10 dan U12, itu tujuannya melihat kualitas tim anak-anak cowok lebih bagus, ini harapan kita ada ceweknya mengikuti mengimbangi cowok sudah luar biasa sekali di Indonesia. Harapannya kualitas cewek-cewek ini bisa segera level makin tinggi," jelasnya.
Salah satu peserta Asiva (11) mengaku pertama kali bermain dengan cowok. Menurutnya bermain satu tim dengan cowok lebih menantang.
"Susah juga, melatih mental bermain sepak bola. Beda, karena kalau sama laki-laki mentalnya lebih berani," kata Siva di Kudus.
(cln/dil)