Kepolisian telah memintai keterangan sekitar 20 saksi terkait kericuhan di gerbang Stadion Jatidiri Semarang saat laga PSIS vs Persis berlangsung, kemarin. Kesimpulan polisi yakni ada kesalahpahaman antara panitia pelaksana dengan suporter.
Kasatreskrim Polrestabes Semarang AKBP Donny Lumbantoruan mengatakan saksi yang diperiksa terdiri dari pihak suporter, koordinator suporter, dan panitia pelaksana pertandingan (panpel). Hasilnya, ditemukan fakta ada penjualan tiket sebelum keluar rekomendasi soal pertandingan digelar tanpa penonton.
"Sekitar 20 saksi yang diklarifikasi terdiri dari suporter, koordinator suporter Panser dan Snex, dan Panpel. Ditemukan fakta bahwa terjadi penjualan tiket sebelum surat rekomendasi dikeluarkan oleh Polrestabes Semarang," kata Donny lewat pesan singkat, Sabtu (17/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah terbit surat rekomendasi pertandingan digelar tanpa penonton, terjadilah kesalahpahaman atau miskomunikasi antara suporter dan Panpel.
"Pasca keluarnya surat rekomendasi dari Polrestabes terkait pertandingan tanpa penonton, terjadi miskomunikasi antara Panpel dan suporter yang mengakibatkan timbulnya kericuhan di Jatidiri kemarin," jelas Donny.
Untuk diketahui, kericuhan itu terjadi pada Jumat (16/2) sore. Saat itu massa suporter hendak masuk ke stadion, padahal pertandingan PSIS vs Persis digelar tanpa penonton.
Sebagian suporter sempat melakukan pelemparan ke arah polisi. Polisi kemudian mengambil tindakan pembubaran massa menggunakan gas air mata setelah imbauan lisan tak diindahkan.
Menurut salah satu suporter, Raihan (19), dia mengaku kecewa setelah mengetahui laga digelar tanpa penonton. Padahal dia sudah membeli dua tiket di tribun selatan dan terlanjur izin tidak masuk kerja.
"Pembukaan tiket kan H-3, pemberitahuannya (tanpa penonton) H-1. Tetap ke sini, lha terlanjur izin kerja," kata Raihan saat diwawancarai detikJateng di luar Stadion Jatidiri, kemarin.
Raihan juga menunjukkan tiket yang telah dibelinya. Mengenai tiket yang terlanjur dibeli, dia mengaku tidak mempersoalkan karena bisa diuangkan kembali.
(dil/dil)