Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan meminta Komite Wasit PSSI melakukan penindakan terhadap kepemimpinan wasit yang kontroversial dalam lanjutan Liga 1 2022.
"Tentunya setelah (Liga 1) dua bulan berhenti, ada hal-hal yang kurang sempurna kembali. Ini sudah saya perintahkan komite wasit untuk segera menindaklanjuti hal-hal yang kontroversial," kata Iriawan kepada wartawan, Rabu (14/12), dikutip dari detikSepakbola.
Melansir detikSepakbola, sejak Liga 1 dilanjutkan mulai 5 Desember, masalah klasik wasit kembali jadi sorotan. Tidak sedikit tim yang dirugikan, di antaranya karena kesalahan wasit dalam mengambil keputusan offside. Akibatnya gol-gol yang tercipta akhirnya dianulir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebaliknya, ada pula gol yang seharusnya offside tapi disahkan. Menurut detikSepakbola, hal ini terjadi pada laga PSIS Semarang Vs Persija Jakarta, Selasa (13/12).
Di samping itu ada juga tim yang pemainnya dilanggar keras di kotak terlarang namun tak mendapat hadiah penalti. Dari catatan detikSepakbola, hal itu dialami Persebaya Surabaya saat ditahan imbang Persik Kediri, Selasa (13/12).
Serangkaian kontroversi keputusan wasit itu menjadi perhatian tersendiri buat PSSI. Iriawan mengatakan, tentu banyak yang menjadi permasalahan dalam berjalannya Liga 1.
"Insyaallah ke depan terus akan kami perbaiki, dan alhamdulillah pertandingan masih berjalan lancar sampai hari ini," ujar Iriawan.
Dikutip dari detikSepakbola, ketidakcakapan kepemimpinan wasit menjadi masalah klasik sepakbola Indonesia. Isu yang sama sudah mengemuka sebelum kompetisi vakum imbas dari Tragedi Kanjuruhan.
PSSI mencoba mengatasi masalah ini dengan menaikkan upah wasit. PSSI mengklaim bayaran wasit di Indonesia salah satu yang tertinggi di ASEAN. PSSI juga menghadirkan wasit tambahan di belakang gawang. Namun upaya itu belum jadi solusi yang ampuh.
Untuk diketahui, PSSI pernah menghukum enam orang pengadil lapangan berupa pengistirahatan memimpin laga dengan jumlah yang beragam. Mereka yang dihukum sesuai keputusan Komdis PSSI pada September adalah; Nendi Roehandi, Faulur Rosy, Dwi Susilo, David Son Sansube, Arif Nur Wahyudi, dan Ruslan Waly.
(dil/apl)