Seorang anggota Polri asal Trucuk, Klaten, Ari Widodo sukses beternak bebek petelur di sela waktu tugasnya. Anggota Polri berpangkat Ajun Komisaris itu memanfaatkan rumah kosong yang terbengkalai di sekitar tempat tinggalnya.
"Berawal saya punya lahan kosong daripada tidak dimanfaatkan saya kemudian punya pikiran untuk beternak. Awalnya ayam tapi kok kurang cepat untuk perputaran hasilnya," tutur AKP Ari Widodo kepada detikJateng, Selasa (28/10/2025) sore.
Dari semula beternak ayam, terang Ari, dirinya kemudian melirik untuk beternak bebek petelur omega. Untuk tujuan itu dirinya belajar kepada rekannya yang sudah beternak bebek.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemudian saya belajar ke rekan yang beternak bebek. Dari ayam saya alihkan ke bebek karena bebek itu menghasilkan telur tiap hari," ucap Ari yang lulusan SIP Polri tahun 2016 itu.
Selain menghasilkan telur tiap hari, lanjut Ari, bebek juga mudah dalam perawatan. Bebek cukup diberi makan satu hari sekali di pagi hari sehingga tidak mengganggu tugas.
"Bebek beri makan cukup pagi saja sehingga bisa saya tinggal dinas, tidak mengganggu dinas. Awalnya kita beli 200 ekor bebek," sebut Ari yang menjabat Kasat Narkoba Polres Sukoharjo itu.
Ari menyampaikan dari 200 ekor itu ternyata terus berkembang dan pesanan telur meningkat. Jumlah bebek kemudian ditambah lagi sampai sekarang 400-an ekor.
"Alhamdulillah pesanan meningkat, dari teman-teman saja. Rencananya untuk mendukung ketahanan pangan dan untuk menyuplai program MBG," sambung pemilik Akasia Police Farm di Desa Sajen, Kecamatan Trucuk tersebut.
Ditambahkan Ari, budidaya bebek petelur omega itu memanfaatkan rumah milik keluarganya yang terbengkalai. Luasan lahan yang dikelola untuk budidaya bebek mencapai 450 meter persegi.
"Saya juga memanfaatkan rumah kosong yang dulunya milik simbah saya, untuk saya jadikan tempat budidaya bebek, luas lahan sekitar 450 meter," kata Ari.
Saat ini, ucap Ari, ada empat ratus ekor bebek betina yang dibudidaya. Setiap harinya bisa panen telur mencapai 300 butir dan hanya fokus petelur.
"Telur yang dihasilkan setiap harinya mencapai 300 butir, ini fokus untuk petelur saja, tidak untuk dikembangbiakkan. Untuk harga Rp 2.000 per butir, namun jika untuk dijadikan telur asin harganya Rp 3.000 per butir," papar Ari.
"Pembeli sementara masih dari pedagang pasar, UMKM, dan saat ini masih dalam proses untuk pemenuhan kebutuhan SPPG di sekitar sini," imbuh Ari.
Farm miliknya, tambah Ari, juga dijadikan tempat studi pembelajaran untuk siswa sekolah PAUD dan TK. Bahkan ada yang dari universitas sudah menghubungi.
"Sementara baru TK dan PAUD tapi kemarin ada SD yang menghubungi untuk datang. Bahkan ada mahasiswa yang kemarin tanya soal kandang modem ramah lingkungan," pungkas Ari.
(ahr/dil)











































