Kenapa Makanan Berlendir dan Cepat Basi? Ini Penyebab, Bahaya-Cara Mencegahnya

Kenapa Makanan Berlendir dan Cepat Basi? Ini Penyebab, Bahaya-Cara Mencegahnya

Ulvia Nur Azizah - detikJateng
Rabu, 01 Okt 2025 15:34 WIB
White rice in bowl
Ilustrasi nasi basi. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Amarita)
Solo -

Pernah menemukan lauk yang tiba-tiba berlendir dan berbau aneh padahal baru sehari disimpan? Banyak orang mengira itu hal biasa, padahal makanan yang cepat basi bisa menandakan proses pembusukan berbahaya. Jika dibiarkan, makanan seperti ini bukan hanya kehilangan rasa, tapi juga bisa mengancam kesehatan.

Beberapa penelitian mengungkap bahwa makanan dapat rusak karena banyak faktor, mulai dari mikroba yang berkembang biak, reaksi alami di dalam bahan pangan, hingga cara penyimpanan yang keliru. Bahkan bakteri seperti Leuconostoc mesenteroides bisa membuat makanan terlihat licin padahal baru sebentar disimpan. Ada pula risiko keracunan yang diam-diam mengintai.

Jika sering menyimpan masakan di rumah, detikers wajib tahu penyebab dan risiko yang mengintai makanan basi. Simak sampai akhir supaya tahu cara mencegahnya dan tetap aman saat menyantap makanan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Poin utamanya:

  • Makanan cepat basi sering disebabkan mikroorganisme, enzim alami, reaksi kimia, hingga cara simpan yang keliru.
  • Mengonsumsi makanan basi bisa memicu keracunan, diare, muntah, dehidrasi, hingga infeksi serius.
  • Penyimpanan yang tepat dengan suhu sesuai jenis makanan membantu memperlambat pembusukan dan mencegah bahaya.

ADVERTISEMENT

Kenapa Makanan Berlendir dan Cepat Basi?

Menurut artikel Food Spoilage Mechanisms, Foodborne Diseases, and The Commercial Dimensions of Food Preservation and Processing tulisan Aline T de Paula dkk yang dimuat di ScienceDirect serta A review on Food Spoilage Mechanisms, Food Borne Diseases and Commercial Aspects of Food Preservation and Processing karya Alice Njolke Mafe dkk, setidaknya terdapat 4 penyebab makanan menjadi lebih cepat basi dan berlendir.

1. Pertumbuhan Mikroorganisme

Salah satu faktor utama yang membuat makanan cepat rusak adalah pertumbuhan mikroorganisme. Dalam ulasan ilmiah tentang mekanisme pembusukan pangan yang diterbitkan di ScienceDirect, disebutkan bahwa kandungan nutrisi pada makanan akan menarik jenis mikroba tertentu untuk berkembang.

Bakteri, jamur, dan khamir memanfaatkan protein, gula, dan kelembapan untuk tumbuh, terutama jika penyimpanan tidak higienis atau suhunya tidak terkontrol. Proses ini bisa menimbulkan bau tak sedap, perubahan warna, dan lendir yang membuat makanan terlihat basi.

Artikel The Two Faces of Leuconostoc mesenteroides in Food Systems juga menyoroti bakteri Leuconostoc mesenteroides yang sering menjadi penyebab makanan berlendir. Bakteri ini menghasilkan zat kental yang disebut eksopolisakarida sehingga permukaan makanan menjadi licin dan basah. Pada daging olahan dan buah yang disimpan dingin tetapi kurang higienis, bakteri ini cepat berkembang dan memperpendek umur simpan produk.

2. Aktivitas Enzim Alami

Selain mikroba, makanan juga mengandung enzim alami yang tetap aktif meskipun sudah dipanen atau dimasak. Menurut ulasan dari Aline T de Paula dkk, enzim dapat memecah komponen penting seperti protein, lemak, dan karbohidrat. Proses ini menimbulkan perubahan tekstur, misalnya daging menjadi lembek atau buah jadi cepat busuk, serta memicu aroma tidak sedap akibat terbentuknya senyawa baru.

Jika enzim ini tidak dihambat, misalnya dengan pendinginan cepat atau pemanasan yang cukup, makanan akan lebih cepat kehilangan kualitasnya. Inilah alasan mengapa bahan segar perlu segera didinginkan setelah dipanen dan mengapa suhu penyimpanan menjadi kunci memperpanjang umur simpan.

3. Reaksi Kimia yang Tidak Terkendali

Perubahan kimia juga menjadi penyebab penting makanan cepat basi. Dalam kajian tentang pembusukan pangan yang sama, dijelaskan bahwa reaksi oksidasi pada lemak bisa membuat rasa tengik, sementara interaksi antar komponen makanan bisa mengubah warna dan cita rasa. Proses ini terjadi lebih cepat jika makanan terkena udara, cahaya, atau suhu yang tidak stabil.

Kombinasi reaksi kimia dengan aktivitas mikroba mempercepat kerusakan. Misalnya, oksidasi lemak membuka peluang bagi mikroorganisme untuk berkembang lebih cepat. Oleh karena itu, teknologi pengemasan modern seperti atmosfer termodifikasi dan smart packaging mulai banyak digunakan untuk menjaga kualitas dan mencegah kontak langsung dengan oksigen.

4. Penanganan dan Penyimpanan yang Kurang Tepat

Cara menyimpan makanan juga sangat memengaruhi kecepatan basi. Dari kajian di ScienceDirect ditegaskan bahwa penanganan yang tidak higienis, suhu penyimpanan yang tidak konsisten, serta kelembapan yang tinggi akan mempercepat pertumbuhan mikroba dan aktivitas enzim. Bahkan bakteri seperti Leuconostoc mesenteroides bisa berkembang meskipun makanan terlihat masih segar, jika proses penyimpanan tidak dikontrol dengan baik.

Penerapan teknik pengawetan modern yang dipadukan dengan cara tradisional bisa membantu menahan laju kerusakan. Misalnya, menjaga kebersihan, mengatur suhu dingin yang stabil, dan memanfaatkan kemasan inovatif dapat memperpanjang kesegaran makanan sekaligus menurunkan risiko basi lebih cepat.

Bahaya Mengonsumsi Makanan Basi

Makanan basi tidak hanya berubah rasa atau aroma, tetapi juga bisa membawa ancaman serius bagi kesehatan. Ketika makanan rusak, ada kemungkinan besar telah terjadi pertumbuhan patogen seperti bakteri, virus, atau parasit.

Patogen inilah yang menjadi penyebab utama keracunan makanan. Lebih berbahaya lagi, tidak semua makanan basi menunjukkan tanda-tanda jelas. Ada yang tetap terlihat normal, padahal sudah mengandung mikroorganisme penyebab penyakit. Jika dikonsumsi, makanan basi bisa berdampak bagi kesehatan. Berikut ini penjelasan lengkap yang dikutip dari laman Missouri Poison Center.

1. Risiko Gangguan Pencernaan

Mengonsumsi makanan basi sering memicu masalah pada saluran pencernaan. Gejala yang paling umum adalah kram perut, mual, muntah, diare, dan hilang nafsu makan. Kondisi ini terjadi karena tubuh berusaha mengeluarkan zat berbahaya yang masuk bersama makanan rusak.

Kadang, reaksi mual muncul seketika karena rasa jijik atau panik setelah menyadari makanan sudah basi, meski itu bukan keracunan yang sebenarnya. Namun jika makanan sudah terkontaminasi kuman, gejalanya bisa bertahan lebih lama dan lebih berat.

2. Potensi Demam dan Rasa Lemas

Keracunan makanan akibat makanan basi dapat disertai demam ringan hingga sedang. Demam muncul sebagai reaksi tubuh melawan infeksi. Rasa lemas, sakit kepala, dan kehilangan tenaga juga sering terjadi, membuat penderita sulit beraktivitas. Kondisi ini biasanya disertai penurunan nafsu makan, sehingga tubuh makin kekurangan energi saat sedang melawan infeksi.

3. Bahaya Dehidrasi yang Menyertai

Muntah dan diare yang sering menyertai keracunan makanan bisa membuat tubuh kehilangan banyak cairan dan elektrolit. Dehidrasi dapat berkembang cepat, ditandai dengan mulut kering, jarang buang air kecil, dan pusing saat berdiri. Jika tidak ditangani, dehidrasi dapat memperparah kondisi dan membuat tubuh lemah sehingga pemulihan menjadi lebih lama.

4. Risiko Komplikasi Serius

Pada beberapa kasus, keracunan akibat makanan basi bisa menjadi berat. Gejala yang patut diwaspadai meliputi demam tinggi lebih dari 38,6Β°C, diare yang berlangsung lebih dari tiga hari, muntah yang tidak berhenti hingga sulit minum, serta munculnya darah pada tinja. Situasi seperti ini memerlukan penanganan medis segera karena dapat mengindikasikan infeksi serius yang tidak bisa ditangani sendiri di rumah.

Cara Menyimpan Makanan Matang agar Tidak Cepat Basi

Mengonsumsi makanan yang sudah rusak berisiko menimbulkan gangguan kesehatan, mulai dari keracunan ringan hingga infeksi serius. Oleh karena itu, penyimpanan yang benar menjadi langkah penting untuk menjaga makanan tetap aman dan berkualitas. Mari simak cara yang benar menurut Kementerian Kesehatan RI yang dikutip Farapti dkk dalam buku Pedoman Standar Operasional Prosedur (SOP) Penyelenggaraan Makan Institusi berikut ini!

1. Pastikan Kondisi Makanan Masih Baik

Sebelum disimpan, periksa kembali kondisi makanan matang. Pastikan tidak ada tanda kerusakan seperti bau menyengat, rasa asam, permukaan berlendir, perubahan warna, jamur, atau aroma yang tidak biasa. Menyimpan makanan yang sudah rusak justru bisa mempercepat penyebaran mikroba ke makanan lain.

2. Gunakan Prinsip FIFO dan FEFO

Ikuti prinsip First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). Artinya, makanan yang dimasukkan lebih dulu harus digunakan lebih dulu, begitu juga makanan yang masa simpannya lebih dekat kadaluarsa harus diutamakan. Cara ini mencegah makanan lama tertinggal di belakang dan basi sebelum sempat dikonsumsi.

3. Pisahkan dan Tutup Rapat Wadah Penyimpanan

Simpan setiap jenis makanan dalam wadah yang berbeda untuk menghindari pencampuran rasa, aroma, dan potensi kontaminasi silang. Pastikan wadah memiliki tutup yang rapat agar tidak ada uap atau aroma dari makanan lain yang masuk. Penyimpanan yang terpisah juga membantu menjaga cita rasa dan kualitas masing-masing hidangan.

4. Hindari Kontaminasi dari Uap dan Makanan Mentah

Pastikan uap dari makanan panas tidak mengenai makanan lain karena uap dapat meningkatkan kelembapan yang mendukung pertumbuhan mikroba. Selain itu, jangan menyimpan makanan matang bersama bahan mentah. Kontaminasi silang dari bakteri mentah dapat membuat makanan matang cepat rusak dan berbahaya jika dikonsumsi.

5. Atur Suhu Penyimpanan Sesuai Jenis Makanan

Suhu adalah kunci penting untuk memperlambat pertumbuhan bakteri. Gunakan panduan berikut:

  • Makanan kering seperti kue atau keripik sebaiknya disimpan pada suhu ruang 25-30Β°C.
  • Makanan basah yang akan segera disajikan disimpan hangat pada suhu sekitar 60Β°C.
  • Makanan basah yang belum akan disajikan segera sebaiknya disimpan dingin, sekitar -10Β°C.
  • Makanan cepat basi seperti santan, telur, atau susu harus dijaga tetap panas di kisaran 65Β°C bila akan segera dihidangkan, atau disimpan dingin pada -5Β°C sampai -1Β°C jika belum akan disajikan.
  • Makanan yang disajikan dingin seperti salad, pudding, atau dessert sebaiknya disimpan 5-10Β°C dan tetap di bawah 10Β°C jika tidak langsung dimakan.

Menyesuaikan suhu penyimpanan dengan jenis makanan membantu memperlambat pembusukan alami. Cara ini juga menghambat pertumbuhan mikroba berbahaya seperti Leuconostoc mesenteroides yang sebelumnya kita bahas.

Kini kamu sudah tahu mengapa makanan bisa berlendir dan cepat basi. Coba perhatikan cara menyimpan masakanmu mulai hari ini dan bagikan info ini agar keluarga terhindar dari bahaya makanan basi.




(sto/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads