Selama ini jalan turunan Silayur, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang terkenal sebagai kawasan rawan kecelakaan. Padahal, di balik jalur rawan laka itu, ada kisah inspiratif dalam berbagi berkah. Di kawasan tersebut ada soto gratis bagi siapapun setiap Selasa.
Ladang berbagi berkah ini diinisiasi oleh pasangan suami istri Haritsah (60) dan Wahid Ahmadi. Warung bertenda sederhana di tepi turunan Silayur itu sudah begitu ramai warga setiap Selasa. Ini karena bagi siapapun yang ingin makan di warung itu tidak perlu membayar alias gratis.
Papan dengan tulisan 'Soto Ayam Silayur Gratis Setiap Hari Selasa' yang terpampang di depan warung tampak menarik animo pengendara dan masyarakat sekitar.
"Saya tadi sudah kebablasan, tapi lihat ada tulisan soto gratis saya putar balik buat mampir. Ternyata benar ada soto gratis," kata salah satu pembeli, Rahmat Hidayat (34) kepada detikJateng, Selasa (24/6/2025).
Menurut pengemudi ojek daring itu, meski sederhana, soto gratis sudah sangat membantu masyarakat yang berpenghasilan menengah ke bawah. Sebelumnya Rahmat sudah beberapa kali membeli soto di warung milik Haritsah.
"Tapi saya baru tahu hari ini kalau soto di sini gratis. Langsung saya share (bagikan) infonya ke grup teman-teman ojol," ungkapnya.
Salah satu mahasiswa Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Alifia (21) juga mengatakan hal serupa. Adanya soto gratis bisa membantu mahasiswa menekan pengeluar per hari. Terlebih bagi mahasiswa perantau.
"Saya asli Jepara. Biasanya sehari budget (anggaran) untuk makan Rp 30 ribu, ini jadi bisa menghemat belasan ribu," katanya.
"Saya tadi sengaja langsung ke sini karena sudah tahu dari teman-teman. Buat mahasiswa terbantu banget, apalagi yang uangnya menipis," lanjutnya.
Sang pemilik warung soto, Haritsah bercerita, ia bersama suami sengaja menyediakan ratusan porsi soto gratis itu dari niat mulia yakni bersedekah secara istiqomah.
"Kalau hari-hari biasa suka lupa, makanya kita tetapkan hari Selasa. Soalnya kalau Jumat sudah banyak yang sedekah, jadi kita pilih hari yang sepi," kata Haritsah saat ditemui detikJateng di warungnya, Selasa (24/6/2025).
Awalnya, ia membuka usaha kuliner ala Malaysia dengan menjual nasi lemak sejak 2021 awal. Namun, setelah delapan bulan sepi pembeli, Haritsah banting setir atas saran tukang parkir dan warga sekitar.
Mereka menyarankan Haritsah untuk berjualan soto saja. Dari situlah segalanya bermula. Kini, setiap Selasa pagi, antrean sudah mengular sejak pukul 06.30 WIB.
"Baru akhir tahun kita buka. Kata tukang parkir sekitar 'jualan soto aja, Bu'. Saya pikir kan di sini banyak soto, tapi katanya nggak apa-apa kan sotonya beda-beda," jelasnya.
Hingga pukul 11.00 WIB siang ini, sudah lebih dari 800 mangkuk soto telah dibagikan. Mereka yang datang pun beragam. Mulai dari tukang sapu, pegawai kantor, ibu rumah tangga, hingga mahasiswa.
"Semua boleh makan. Mau kaya, mau miskin. Syaratnya cukup lapar dan mau. Kalau mau bayar, kami tolak baik-baik. Kadang ada orang pakai mobil terus mau bayar atau kadang nggak jadi karena tahu di sini gratis," ujarnya.
"Tapi yang jaga parkir sudah saya minta langsung jemput aja, karena bisa jadi mereka buru-buru pergi. Tapi kita nggak maksa, kalau nggak mau nggak apa-apa," lanjutnya.
Bahkan beberapa pengunjung mengaku sangat terbantu. Ada yang datang tanpa bekal ke luar kota, lalu mampir untuk mengisi perut. Ada juga anak-anak yang diajak tetangganya karena tahu setiap Selasa ada makan gratis.
"Memang harga bahan pokok kan naik. Soto juga pendampingnya banyak, ada tisu, jeruk, kecap, gula dan beras juga naik terus. Tapi kan kita sudah jualan enam hari, masa nggak cukup," tuturnya.
Warung ini memang tak hanya jual soto. Menu lain seperti pecel dan telur dadar ambyar khas racikan Haritsah. Tapi setiap Selasa, warung itu hanya menyediakan soto yang dibagikan gratis.
"Soto harga aslinya porsi besar Rp 12 ribu, porsi kecil Rp 10 ribu. Pecel dan telur Rp 15 ribu," ungkapnya.
Selengkapnya baca halaman berikutnya
Simak Video "Video Jalan Pantura Semarang-Demak Banjir, Motor Tak Bisa Lewat"
(apl/ahr)