Apakah detikers suka makanan yang diolah dengan cara digoreng? Olahan makanan yang digoreng dengan minyak memang memberikan cita rasa yang relatif lebih nikmat.
Kebiasaan menggoreng makanan ini terkadang membuat kita sering menggunakan minyak goreng berulang-ulang. Warnanya yang terkadang masih jernih membuat minyak goreng nampak masih aman untuk digunakan kembali.
Menghemat pengeluaran juga menjadi dalih sebagian orang untuk menggunakan kembali minyak goreng. Namun, benarkah minyak goreng aman digunakan berulang kali?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apakah ada batasan tertentu untuk menggunakan kembali minyak goreng? Adakah tanda yang bisa dilihat untuk memastikan minyak goreng masih aman digunakan lagi? Berikut ulasannya.
Batas Penggunaan Minyak Goreng Berulang
Dikutip dari laman Universitas Muhammadiyah Surabaya, menggunakan minyak goreng berulang-ulang disebut merupakan kebiasaan buruk yang dapat berdampak pada kesehatan. Selain itu, minyak goreng yang tak diganti dapat memengaruhi cita rasa makanan.
Batas aman menggunakan minyak goreng untuk menggoreng ulang yaitu sebanyak dua kali. Meskipun terkadang lebih dari itu warnanya masih tampak jernih, tetap saja ada kandungan yang berubah dalam minyak goreng.
Jika minyak goreng digunakan lebih dari dua kali, kadar asam lemak disebut akan melebihi ambang batas normal di angka 0,30 persen dan dapat membahayakan kesehatan.
Kualitas serta gizi dalam minyak goreng dan makanan juga akan menurun, sebab minyak akan mengalami oksidasi jika terus-menerus digunakan untuk menggoreng ulang.
Oksidasi akan membuat minyak goreng kehilangan vitamin dan asam lemak esensial. Selain itu, dampaknya bagi makanan adalah menjadikan warna makanan jadi tak menarik, menurunkan rasa, dan menimbulkan bau tak sedap.
Ini Bahaya Mengonsumsi Minyak Jelantah Bagi Kesehatan
Minyak goreng yang sudah dipakai biasanya disebut sebagai minyak jelantah. Dikutip dari laman resmi Dirjen Yankes Kemenkes RI, selain berdampak pada kualitas makanan, minyak jelantah juga dapat membahayakan kesehatan.
Minyak jelantah dikatakan mengalami penyusutan vitamin A, D, E, dan K, sehingga yang tersisa tinggal asam lemak jenuh. Dalam asam lemak jenuh, terkandung asam miristat, asam palmitat, asam laurat dan asam kaprat.
Jika terus-terusan mengonsumsi minyak jelantah, asam lemak jenuh bisa membuat kadar kolesterol naik, karena asam lemak jenuh bakal mengalami proses hidrolisis dalam pencernaan. Akibatnya, asam lemak jenuh akan menjadi endapan yang tertimbun di dalam sel dan jaringan lemak.
Jika dibiarkan dalam jangka panjang, tingginya kadar kolesterol ini akan mengakibatkan pembuluh darah mengalami pengendapan. Dampak fatalnya, orang dengan kadar kolesterol tinggi bisa mengalami stroke.
Selain itu, sebagaimana ditulis dalam laman Fakultas Kedokteran UI, proses oksidasi saat minyak goreng dipanaskan akan menghasilkan senyawa-senyawa teroksidasi dan muncul radikal bebas. Jika terus-terusan digunakan dan masuk ke dalam tubuh, maka radikal bebas pada minyak jelantah ini bisa menyerang sel-sel yang sehat dan dapat memicu kanker.
Begini Cara Mengelola Minyak Jelantah
Meskipun minyak goreng hanya baik digunakan untuk menggoreng ulang sebanyak dua kali, jangan langsung dibuang sembarangan ya. Dikutip dari laman Dinas Lingkungan Hidup Kota Cirebon, begini cara mengelola minyak jelantah agar tak mencemari lingkungan:
- Tidak membuang minyak jelantah ke saluran pembuangan.
- Pisahkan minyak jelantah dari limbah atau sampah organik yang lain.
- Gunakan wadah tertutup untuk minyak jelantah agar tidak tumpah.
- Serahkan minyak jelantah ke bank sampah atau pengepul.
Jika diolah lebih lanjut, minyak jelantah juga bisa digunakan untuk pupuk organik, lilin, cairan pembersih lantai, hingga suplemen tambahan bagi unggas.
Artikel ini ditulis oleh Ardian Dwi Kurnia peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(par/apu)