Selain beras putih atau beras biasa, dikenal juga tipe beras shirataki dan porang. Lain dengan beras biasa, beras porang dan shirataki kerap dianggap hal yang sama. Lalu, apa perbedaan antara beras biasa, porang, dan shirataki?
Di Indonesia, beras yang nantinya diolah menjadi nasi adalah bahan pokok makanan sehari-hari masyarakat. Di samping ditanak seperti umumnya, beras juga kadang kala dibuat makanan lain, seperti intip dan jadah.
Belakangan ini, kekhawatiran akan penyakit diabetes dan obesitas yang disebabkan tingginya asupan gula harian menjadi perhatian masyarakat. Dalam rangka mengurangi asupan gula harian tersebut, sebagian orang mulai mencari opsi bahan pokok selain nasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagian beralih ke kentang, sagu, dan lain sebagainya, sedangkan beberapa orang lainnya coba memilih varian beras yang dianggap lebih sehat, seperti beras porang, dan shirataki. Memangnya, apa perbedaan antara beras biasa, porang, dan shirataki? Begini penjelasannya.
Perbedaan Beras Biasa, Porang, dan Shirataki
Sebelumnya, mari kita telaah terlebih dahulu apa itu beras. Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, beras adalah padi yang telah terkelupas kulitnya. Dari sini, kita tahu bahwasanya beras biasa dihasilkan oleh padi alias Oryza sativa.
Lebih lanjut, sebagaimana informasi dari laman resmi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), beras porang dibuat dari akar tanaman porang. Nah, nama latin tanaman asli Indonesia ini adalah Amorphophallus muelleri blume.
Terakhir, beras shirataki diolah dari akar tanaman konjac atau dalam bahasa Jepang, disebut konnyaku. Tanaman umbi-umbian ini berasal dari Jepang dan kini telah tumbuh di berbagai negara, seperti China. Adapun nama latin dari konjac ini adalah Amorphophallus konjac.
Dari tiga definisi di atas, dapat disimpulkan bahwasanya perbedaan antara beras biasa, porang, dan shirataki terletak pada tanaman penghasilnya, yakni:
- Beras biasa/putih: padi (Oryza sativa)
- Beras porang: tanaman porang (Amorphophallus muelleri blume)
- Beras shirataki: tanaman konjac (Amorphophallus konjac)
Beras Putih, Porang, dan Shirataki: Mana yang Lebih Sehat?
Untuk mengetahui beras mana yang cocok menjadi pilihan konsumsi sehari-hari, detikers perlu mengetahui kandungan masing-masingnya. Dikutip dari jurnal bertajuk 'Pengaruh Variasi Campuran Jenis Beras dan Labu Kuning (Cucurbita moschata) serta Suhu Pengeringan terhadap Sifat Fisik, Kimia, dan Tingkat Kesukaan Bubur Instan' oleh Dian Puspita Sari dkk, kandungan gizi beras putih per 100 gramnya adalah:
- 360 kkal energi
- 6,6 gram protein
- 0,58 gram lemak
- 79,34 gram karbohidrat
Beras porang, sebagaimana informasi dalam Jurnal Ilmiah Gizi Kesehatan bertajuk 'Substitusi Tepung Analog Beras Shirataki oleh Tepung Terigu terhadap Daya Terima Cookies' oleh Dahlia Nurdini dkk, per 100 gram beras ini mengandung:
- 40 kkal energi
- 1 gram protein
- 1,50 gram lemak
- 6 gram karbohidrat
Di samping itu, beras porang memiliki kadar glukomanan yang tinggi, yakni mencapai 65%. Apa itu glukomanan? Zat ini berguna untuk menurunkan kadar hormon ghrelin yang punya fungsi mengatur rasa lapar. Akibatnya, nafsu makan seseorang bisa berkurang sehingga sangat cocok dikonsumsi orang yang tengah diet.
Terakhir, 100 gram beras shirataki, sebagaimana informasi dari laman Fat Secret adalah:
- 40 kkal energi
- 1 gram protein
- 0 gram protein
- 3 gram karbohidrat
Sama seperti beras porang, beras shirataki juga punya kandungan glukomanan yang tinggi, yakni mencapai 44%. Singkat kata, beras porang dan shirataki sangat cocok dijadikan pengganti beras putih biasa karena kandungan rendah kalori dan karbohidratnya. Namun, berhubung manusia tetap butuh asupan kalori per harinya yang harus dipenuhi, detikers disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli gizi terlebih dahulu.
Nah, itulah penjelasan lengkap mengenai perbedaan beras biasa, porang, dan shirataki. Semoga menambah wawasan detikers, ya!
(par/rih)