1 Pohon Durian di Gembongan Banjarnegara Hasilkan 15 Varian, Ini Rahasianya

1 Pohon Durian di Gembongan Banjarnegara Hasilkan 15 Varian, Ini Rahasianya

Uje Hartono - detikJateng
Sabtu, 02 Mar 2024 12:42 WIB
Pohon durian yang menghasilkan 15 varian di Desa Gembongan Kecamatan Sigaluh, Kabupaten Banjarnegara, Sabtu (2/3/2024).
Pohon durian yang menghasilkan 15 varian di Desa Gembongan Kecamatan Sigaluh, Kabupaten Banjarnegara, Sabtu (2/3/2024). Foto: Uje Hartono/detikJateng
Banjarnegara -

Musim durian telah tiba. Bagi pecinta durian, ada baiknya berkunjung ke Dusun Siweru, Desa Gembongan, Kecamatan Sigaluh, Kabupaten Banjarnegara. Di desa itu terdapat pohon durian yang menghasilkan bermacam varian dari satu pohon saja.

Pohon yang sudah berumur lebih dari 60 tahun ini tiap musim durian bisa menghasilkan 15 varian durian unggulan yang berbeda. Di antaranya varian musang king, duri hitam, bawor, miming, dan lain-lain.

"Awalnya di sini memang sudah banyak pohon durian lokal yang usianya sudah 60 tahun lebih. Hanya, rasanya itu biasa saja," kata salah satu petani durian di Desa Gembongan, Suroso, saat ditemui di lokasi, Sabtu (2/3/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pohon durian yang menghasilkan 15 varian di Desa Gembongan Kecamatan Sigaluh, Kabupaten Banjarnegara, Sabtu (2/3/2024).Pohon durian yang menghasilkan 15 varian di Desa Gembongan Kecamatan Sigaluh, Kabupaten Banjarnegara, Sabtu (2/3/2024). Foto: Uje Hartono/detikJateng

Sekitar tahun 2015, sejumlah petani berinisiatif melakukan top working atau penyambungan pada pohon durian. Dua tahun setelah dilakukan penyambungan itu, pohon durian itu sudah berbuah.

"Jadi dilakukan top working, pohon di atas disambung dengan pohon durian dengan kualitas unggul. Hasilnya tidak harus menunggu lama, sekitar dua tahun sudah berbuah. Kalau menanam baru bisa sampai lima tahun lebih," ungkap Suroso.

ADVERTISEMENT

Kini, tiap satu pohon durian di Gembongan bisa menghasilkan 5-20 varian unggulan. Ini tergantung dari ukuran pohon durian yang telah dilakukan penyambungan atau top working.

"Kalau pohonnya sudah besar, bisa dilakukan banyak varian. Jadi per batang ada varian sendiri. Kalau masih kecil belum berani banyak," ujar Suroso.

Dengan inovasi ini, para petani mendapat untung yang lebih banyak. "Perbedaan hasilnya cukup jauh. Sekarang sekali panen atau satu musim bisa mendapat Rp 80 juta per pohon," kata Suroso.

Meski terdapat banyak varian dalam satu pohon, rasa buahnya sama dengan pohon durian unggulan biasanya. Dagingnya juga tebal.

"Rasanya sama saja dengan durian unggulan biasa. Misalnya duri hitam dari pohon ini sama dengan durian duri hitam yang memang berbuah dari satu varian," terang Suroso.

Dia menambahkan, satu durian lokal berkualitas unggul dijual Rp 100 ribu. Sedangkan durian impor seperti musang king dijual Rp 300 ribu per kilogram.

Menurut Kepala Desa Gembongan, Nur Mubin, sistem top working terbukti ampuh meningkatkan ekonomi para petani durian.

"Dulu durian di sini tidak begitu bagus, tetapi sekarang sudah kualitas unggul," kata Nur.

"Saat ini yang sudah berbuah dari top working sekitar 1.500 pohon. Itu dalam satu desa di Gembongan ini saja," pungkas dia.




(dil/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads