Kalau sedang berkunjung ke Pekalongan, jangan lupa untuk mencicipi makanan khas Kota Batik ini. Salah satunya adalah pindang tetel yang terbuat dari daging sapi.
Makanan berkuah ini memiliki warna hitam yang mirip dengan rawon. Namun cara penyajian dan cita rasanya sama sekali berbeda. Penasaran seperti apakah cita rasa dari pindang tetel?
Kali ini, detikJateng menghimpun informasi mengenai pindang tetel dari laman resmi Warisan Budaya Takbenda Kemdikbud dan laman resmi Visit Jateng. Yuk, simak informasinya!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asal-usul Pindang Tetel
Kemunculan makanan ini lekat dengan kreativitas masyarakat Desa Ambokembang. Desa ini terletak di Kedungwuni, Pekalongan. Di masa lalu, eksperimen yang dilakukan oleh masyarakat Ambokembang menghasilkan hidangan lezat bernama pindang tetel.
Masyarakat Desa Ambokembang memiliki kebiasaan memanfaatkan keluak, sebuah hasil bumi khas daerah mereka, dan berusaha menciptakan sesuatu yang istimewa. Salah satu yang terkenal hingga saat ini adalah pindang tetel.
Meskipun disebut demikian, hidangan ini tidak mengikuti tradisi pindang yang umumnya terbuat dari ikan. Sebaliknya, pindang tetel lebih mirip dengan rawon, menggunakan tetelan daging iga sapi sebagai bahan utama.
Kuahnya yang gurih dihasilkan dari perpaduan bumbu-bumbu rempah dan keluak. Perpaduan tersebut memberikan keunikan tersendiri pada hidangan ini.
Masyarakat Ambokembang menemukan bahwa keluak yang diolah bersama tetelan sapi, menciptakan cita rasa yang luar biasa enak. Kelezatan pindang tetel pun mulai tersebar dan mendapat sambutan positif dari para penikmat kuliner.
Warung Pindang Tetel Favorit Masyarakat Pekalongan
Warung Pindang Tetel Mbak Isah di Sapugarut, Buaran, telah menjadi favorit di Pekalongan selama sekitar 30 tahun. Dengan harga Rp15 ribu per porsi, pelanggan dapat menikmati kelezatan pindang tetel yang khas.
Mbak Isah mampu mengolah lebih dari lima kilogram daging setiap hari, menyesuaikan pesanan sesuai selera pelanggan. Tidak hanya daging, di warung ini juga tersedia tulang atau sumsum.
Keunikan warung Mbak Isah terletak pada variasi penyajiannya. Pasalnya, warung ini juga menyediakan kluban atau urap sebagai pendamping pindang tetel. Sebagian pelanggan memilih mengonsumsi dua makanan ini bersamaan untuk mengurangi kadar kolesterol.
Itulah pindang tetel, salah satu makanan khas dari Pekalongan yang menggugah selera. Tertarik untuk mencicipinya langsung di Pekalongan, Lur?
(apl/apl)