Para abdi dalem di petilasan Sunan Kalijogo di Ndalem Kadilangu, Demak, ternyata punya racikan kopi istimewa. Kopi ini dulunya untuk menyuguhi tamu-tamu istimewa baik dari Keraton Solo maupun Jogja.
Mereka mempertahankan resep racikan kopi itu selama lebih dari seabad. Salah satu abdi dalem peraciknya, Rikhwan (43) mengatakan resep ini bahkan sudah ada pada tahun 1885.
"Kopi Poro ini semula dari para abdi dalem, seandainya ada tamu dari (Keraton) Jogja, Solo kopi poro baru disuguhkan," kata Rikhwan saat ditemui pada Sabtu (23/9/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Racikan kopi ini mereka dilestarikan secara turun-temurun. Hal itu yang membuat para abdi dalem hingga kini masih bisa meracik kopi itu.
"Kopi Poro sejak 1885 yang buat yang sepuh-sepuh. Kemudian diturunkan ke anak-anaknya supaya tradisi ini bisa langgeng," katanya.
Ia menuturkan bahwa kopi poro dibuat dari kopi robusta Temanggung yang dicampur kelapa dan beras. Campuran tersebut kemudian disangrai dan ditumbuk hingga halus.
![]() |
"Kopi disangrai 4 jam, kemudian ditumbuk pakai alu dan lumpang, kemudian diayak. Ayakan terdiri dari tiga ayakan, supaya menghasilkan kopi selembut mungkin," tuturnya.
Cara menyeduh kopi itu juga tidak sembarangan. Mereka menggunakan air panas dengan suhu sekitar 80 derajat celsius untuk menyeduhnya. Air itu diambil dari sumber yang ada di Kadilangu.
Campuran kelapa dan beras membuat rasa kopi itu berbeda. Selain terasa pekat, ada rasa gurih di lidah saat mencicipi kopi itu.
(ahr/dil)