Kabupaten Klaten terkenal dengan kuliner sop sejak lama, terutama warung Sop Ayam Pak Min yang sudah melegenda. Namun selain Sop Ayam Pak Min, di Klaten juga ada warung Sop Manten Mbah Atmo yang tidak kalah terkenal.
Sop manten merupakan sop yang disajikan di acara-acara hajatan pernikahan (manten) masyarakat Jawa. Di Warung Sop Manten Mbah Atmo di jalan Jogja-Solo km 20, Kecamatan Delanggu, Klaten, menu tradisional itu menjadi menu utama dan favorit.
Dari sisi tampilan, sop manten tidak jauh berbeda dengan sop yang disuguhkan di acara jagong manten. Menu kuahnya kekuningan karena berasal dari racikan garam, pala, merica, bawang, dan rempah lain yang bercampur kuah kaldu ayam kampung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbeda dengan sop ayam, sop manten yang berasa gurih segar memiliki isian yang lebih bervariasi, tidak semata potongan daging ayam. Ada irisan wortel, daun seledri, jamur, kacang kapri, bawang goreng dan makaroni.
Soal harga, di warung Mbah Atmo pengunjung tidak perlu khawatir karena satu porsi besar hanya Rp 13.000 dan kecil Rp 8.000. Agar lebih nikmat, bisa ditambah dengan memesan ayam goreng kampung mulai daging, kepala, dan jeroan.
Dalam sehari, di warung yang berada di tepi jalan nasional itu tidak kurang dari 100 porsi sop manten terjual. Namun siapa sangka menu unik tersebut bermula dari racikan seorang koki ndeso bernama Mbah Atmo.
"Resepnya dari ibu saya, Mbah Atmo sekitar tahun 1960 an. Kalau sanak saudara dan warga sini punya hajat manten, ibu saya yang diminta menyajikan SOP," kata Marwah Harto Atmojo (77), anak lelaki Mbah Atmo kepada detikJateng, Minggu (24/9/2023) di rumahnya.
![]() |
Tidak hanya acara hajatan, tutur Marwan, menu sop manten menjadi menu utama di hari raya lebaran. Setelah ibunya wafat, menu itu dilestarikan dengan merintis warung.
"Tahun 2005 saya merintis warung dengan resep warisan dari ibu, sekalian kita napak tilas. Ide warung sop manten itu ya dari saya karena dulu sering bantu - bantu ibu," tutur Marwan.
Menu sop manten, jelas Marwan, sesuai pesan ibunya tidak bisa dipisahkan dari kaldu ayam. Kaldu ayam yang digunakan harus ayam kampung bukan ayam pedaging.
"Sop manten itu tergantung kaldunya, dan ibu saya sejak dulu dengan ayam kampung. Kalau ayam pedaging akan beda rasanya, sampai sekarang juga dengan ayam kampung, termasuk ayam goreng pelengkapnya," imbuh Marwan.
![]() |
Selain sop manten, imbuh Marwan, warungnya juga menyajikan pecel, garang asem ayam kampung dan rawon sebagai menu alternatif. Untuk menu tambahan itu awalnya racikan mendiang istrinya.
"Menu itu istri saya yang buat karena memang dia asli Jawa Timur. Karena di tepi jalan pembeli di warung ya dari banyak kota di Jawa, terutama Jogja, Solo, Cilacap, Jawa Timur dan Jawa Barat juga ada," rinci Marwan.
Selengkapnya di halaman berikutnya
Marwan menambahkan, saat ini warungnya dikelola anak - anaknya dan saudara- saudaranya secara bersama. Pernah membuka cabang di Kota Solo dan Sukoharjo.
"Pernah buka cabang di Solo dan Sukoharjo sebenarnya lumayan ramai tapi akhirnya fokus disini (Delanggu). Membuka warung itu mudah, merawatnya yang susah karena harus benar siap," ucap Marwan.
Sayem, pelanggan sop manten Mbah Atmo mengatakan setiap pekan sekali sering mampir. Terutama karena kangen dengan menu sop manten.
"Yang khas disini sop manten karena satu- satunya. Kalau rapat - rapat juga kesini, harga juga terjangkau dengan ayam semua ayam kampung," ungkap Sayem yang bertugas di Puskesmas Kecamatan Karanganom kepada detikJateng.