Sst! Ini Bocoran Sedapnya Racikan Soto Nggak Berkuah di Delanggu Klaten

Sst! Ini Bocoran Sedapnya Racikan Soto Nggak Berkuah di Delanggu Klaten

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Selasa, 01 Nov 2022 17:32 WIB
Tampilan Soto Garing di warung soto Bu Yati, Delanggu, Klaten
Soto garing di Delanggu, Klaten (Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng)
Klaten -

Kuliner soto di Delanggu, Klaten ini memiliki racikan spesial. Minim kuah dan dikenal dengan sebutan soto garing (kering) atau Toring.

Toring Bu Yati ini sudah berdiri sejak puluhan tahun lalu dan menjadi kuliner yang melegenda. Soto ini diciptakan Sudiman (73) yang menjadi pendiri Warung Bu Yati.

Apa sih bocoran racikan yang bikin sedap? Ternyata salah satunya ada pada bahan pelengkapnya yaitu kecap.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang membedakan kecapnya bukan kecap manis tapi kecap asin dan itu merek tertentu. Kalau diganti, pelanggan protes dan bahan lainnya juga harus bahan yang terbaik," kata putri Sudiman, Sofia (26) yang mengelola cabang Toring Bu Yati di Pasar Delanggu Klaten, Selasa (1/11/2022).

Sofia menuturkan Toring Bu Yati juga dijual secara online. Menurutnya banyak pemesan menu soto garing ini.

ADVERTISEMENT

"Kalau Toring malah paling banyak permintaan lewat online. Bisa dicek di aplikasi, ya karena memang lebih mudah dinikmati," terangnya.

Sofia menyebut di warungnya menu Toring ini, selalu laku puluhan porsi. Toring ini dijual seharga Rp 6.000 per porsinya. Rata-rata banyak yang membawa makanan ini pulang.

"Biasanya dibawa pulang, yang cabang saya di pasar biasanya sehari 25 bungkus untuk Toring. Yang kuah masih lebih banyak," ujar Sofia yang pernah menjadi perawat itu.

Sudiman, pendiri Warung Soto Bu Yati dan Soto Garing.Sudiman, pendiri Warung Soto Bu Yati dan Soto Garing. Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng

Cerita Sudiman Emoh Jadi PNS dan Fokus Bisnis Soto

Terpisah, Sudiman mengungkap resep Toring dia racik setelah sempat menolak tawaran menjadi PNS. Tawaran itu dia tolak pada 1973 silam.

"Kakak saya guru, saya dulu ditawari jadi guru (PNS) ke Brebes tapi saya tidak berangkat. Dulu kan guru gajinya kecil," tutur Sudiman kepada detikJateng saat ditemui di rumahnya, hari ini.

Kala itu, Sudiman memilih fokus merintis usaha warung makan. Dirinya juga memilih tinggal di Delanggu.

"Saya tetap di sini (Delanggu). Sempat ditanya kakak saya apa tidak menyesal, saya katakan tidak, lalu saya buka warung bersama Yati istri saya tahun 1974," ujar Sudiman.

Dari usaha itu, sambung Sudiman, dirinya menjual soto kuah dan soto garing atau Toring. Dari usaha itu, dirinya bisa membangun rumah dan membiayai kuliah anak-anaknya.

"Saya bangun rumah tahun 1980-an, saya kuliahkan anak-anak tapi juga tidak mau jauh. Sekarang meneruskan usaha soto semua," terang Sudiman.

Kini, imbuh Sudiman, usaha Soto Bu Yati diteruskan anak-anaknya. Saat ini Soto Bu Yati memiliki tiga lokasi di Kecamatan Delanggu.

"Satu di warung lama, satu di dalam pasar dan satu di dekat terminal Delanggu. Soto saya pakai piring karena sejak dulu pakainya piring tapi ada juga yang minta mangkuk kita layani," lanjut Sudiman, yang punya 3 anak.

Sudiman pun berbagi kiat usahanya tetap melegenda hingga beberapa dekade. Salah satunya adalah sikap ulet dan tekun.

"Buka warung biasanya habis subuh nanti tutupnya pukul 13.30 WIB. Yang penting telaten, soto Garing itu cuma inovasi saja," pungkas Sudiman.




(ams/aku)


Hide Ads