Bir Jawa, minuman berbahan rempah-rempah yang konon merupakan favorit atau sajian rutin bagi Raja Keraton Jogja Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) VIII. Bir Jawa berbeda dengan bir beralkohol, sehingga tidak membuat peminumnya menjadi mabuk.
Sejarah Bir Jawa
Dikutip detikJateng dari website Dinas Kebudayaan DIY, Sabtu (5/2/2022), Sri Sultan Hamengku Buwono VIII pada sore hari kadang makan makanan kecil seperti pisang, keju, roti kering atau roti sobek, sambil minum bir Jawa.
Bir Jawa ini dibuat dari rebusan jahe, batang serai, cengkih, kayu manis, masoi, daun pandan, gula, air, dan air jeruk nipis. Selain berfungsi sebagai penghangat badan, minuman tersebut juga baik untuk kesehatan karena sifat cengkih yang mempunyai khasiat untuk menghilangkan bau nafas tidak sedap, dan air jeruk nipis dianggap dapat mengobati tekanan darah tinggi serta melangsingkan badan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai pelengkap minum bir Jawa, biasanya bir dituangkan pada gogok dari kaca atau kristal yang ditutup dengan sejenis tutup teko yang terbuat dari emas 28 karat. Gelas yang digunakan untuk minum bir Jawa ini pun terbuat dari emas 18 karat. Kemudian gelas dan gogok diletakkan pada baki yang juga terbuat dari emas.
Sultan Hamengku Buwono VIII minum bir Jawa biasanya pada sore hari, kurang lebih pukul 18.00, setelah mandi dan mengenakan busana Jawa, beliau tiduran di kursi di Ngindrakila dengan ditemani para abdi dalem Ngindrakila yang sedang caos (piket).
Bir Jawa masih eksis
Sementara itu dikutip dari website Pemkot Jogja, bir Jawa tetap eksis digemari masyarakat. Salah satu produsennya adalah Dwi Sudiantono. Ia membuat minuman berbahan rempah seperti bir Jawa, namun dia namai bir pletok.
Mulai tahun 2018 lalu, Dwi Sudiantono melakukan inovasi dengan mencampurkan beberapa rempah lainnya ke dalam minuman tersebut, seperti jahe merah, sereh, kapulaga, kayu manis, cengkih, bunga lawang, adas, daun jeruk purut, pandan, cabe Jawa, secang, garam, gula, air serta lada hitam.
"Bir pletok tidak murni jamu atau minuman rempah biasa. Namun minuman ini bisa dikonsumsi tidak hanya orang tua saja, anak muda bisa mengonsumsi dengan disajikan secara unik yakni di-shake atau kocok. Sehingga bisa menimbulkan suara pletok dan minumannya memiliki busa dari secang, maka dinamakan bir pletok," jelas Dwi Sudiantoro saat diwawancara di Jamu Instan Gubug Rempah, Kemantren Pakualaman, Kota Jogja.
Ia mengatakan, manfaat yang dirasakan bisa meringankan badan yang sedang capek, mual, meriang, ataupun pusing. Tubuh menjadi fresh dan segar kembali. Untuk harganya, bir pletok dengan berat 100 gram dibanderol seharga Rp 20.000.
Minuman bir Jawa saat ini juga bisa ditemui di sejumlah tempat makan di Jogja, di antaranya di House of Raminten dan sejumlah tempat kuliner lainnya.
(rih/ams)