Masjid Al-Muharram di Pedukuhan Brajan, Kalurahan Tamantirto, Kapanewon Kasihan, Kabupaten Bantul mengusung gerakan eco-masjid dengan menggunakan panel surya sebagai salah satu sumber energi listrik. Selain itu, Masjid tersebut menginisiasi sedekah sampah yang hasilnya untuk membiayai anak yatim hingga janda di sekitar Masjid.
Ketua Takmir Masjid Al-Muharram Ananto Isworo menjelaskan munculnya ide menjadikan eco-masjid dari keresahannya akan kondisi lingkungan di sekitar Masjid yang kumuh. Bahkan, warga sekitar terkesan tidak begitu memperdulikan soal lingkungan tersebut.
"Jadi waktu itu kegelisahan saya pribadi sebagai ketua takmir Masjid kok melihat lingkungan terkesan kotor dan kumuh. Kemudian kepedulian warga terhadap lingkungannya sendiri sangat minim," katanya saat ditemui di Brajan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Sabtu (15/7/2023).
Dari situ, Ananto berkeinginan menjadikan Masjid Al-Muharram sebagai contoh masjid ramah lingkungan dan bisa mendulang pemasukan untuk operasional Masjid pada tahun 2013. Masalah pertama yang perlu dia selesaikan adalah pengeluaran biaya listrik yang cukup besar namun pemasukan Masjid sangat minim.
Menghemat energi listrik itu, kata Ananto, dengan memaksimalkan kegiatan Masjid khususnya saat siang hingga sore hari. Dengan hal tersebut, saat malam hari hanya menggelar kegiatan yang betul-betul penting saja untuk menghemat listrik.
Selanjutnya, Ananto melihat jika Masjid Al-Muharram mengalami keterbatasan dalam memberikan santunan kepada warga sekitar yang sedang sakit. Menurutnya, hal itu karena lingkungan di sekitar Masjid masih sangat prasejahtera.
"Sehingga untuk sedekah uang sangat berat, maka kami gerakkan sedekah sampah. Jadi setelah dikumpulkan warga sampah kami pilah dan dijual ke pengepul. Kami tidak masuk ranah industri ranah pengolahan biji plastik karena hanya akan menimbulkan polusi baru sekaligus penggunaan BBM yang lebih besar," ujarnya.
Sedekah sampah, kata Ananto, adalah menerima sampah warga sekitar untuk selanjutnya menjalani pemilahan di Masjid Al-Muharram. Nantinya, hasil dari penjualan sampah untuk biaya operasional Masjid.
"Sehingga dari pengumpulan sampah itu bisa dijual dan hasilnya untuk memberi santunan anak yatim piatu yang sekolahnya terancam putus sekolah," ucapnya.
"Kemudian santunan sembako untuk 70 janda fakir miskin setiap tiga bulan sekali, kemudian santunan kesehatan bagi warga yang kurang mampu Rp 500 ribu sekali opname," imbuh Ananto.
Gerakan sedekah sampah pun menjadi semakin masif karena melakukan sosialisasi melalui media sosial (medsos). Bahkan, empat tahun berikutnya Ananto tidak hanya menerima sedekah sampah dari warga namun hingga luar kota.
Bahkan, dari sedekah sampah itu pihaknya berlanjut dengan memanfaatkan barang bekas untuk mengisi perabotan Masjid. Sehingga Masjid kembali bisa menghemat biaya untuk pengadaan perabot dan sebagainya.
Lebih lanjut, pada tahun 2019 Ananto melakukan gerakan sedekah sampah akbar untuk membantu membelikan air bersih warga Kapanewon Panggang, Kabupaten Gunungkidul. Benar saja, dari sampah yang diterima dan menjalani pemilahan hingga dijual mampu membeli 19 truk tangki air bersih.
"Alhamdulillah saat ini sudah ratusan orang sakit yang kami bantu, puluhan anak-anak yang terancam putus sekolah saat ini bisa sekolah lagi. Karena yang penting bagi kami itu kalau ada warga yang sakit bisa kami tolong dan ada yang tidak bisa bayar sekolah kami tolong," ucapnya.
Ananto juga mengajak masyarakat khususnya pengurus Masjid untuk menerapkan eco-masjid. Pasalnya, hal tersebut sangat sederhana dan semua orang bisa melakukannya.
"Program ini sangat sederhana dan semua orang bisa memulai. Jadi tinggal kumpulkan sampah, pilah kemudian jual ke tukang rongsok uang masuk kotak infak Masjid jadi sedekah sampah," ujarnya.
Menurutnya, saat ini sudah ada 7 program dari gerakan eco-masjid. Ketujuh program itu arsitektur ramah lingkungan pemanfaatan sinar matahari langsung dan udara. Kedua, penghijauan di sekitar Masjid untuk suplai oksigen jemaah, ketiga adalah memanen air hujan untuk air wudhu, keempat gerakan sedekah sampah berbasis eco-masjid.
"Kelima adalah Masjid ramah difabel, Masjid ramah anak dengan tujuan agar menjadi rumah kedua mereka dan yang ketujuh adalah pemasangan energi terbarukan panel surya. Jadi tujuh program eco-masjid itu yang kami kerjakan dari tahun 2013 hingga sekarang," ucapnya.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
(aku/apl)