Mentan Sebut Kasus Antraks di Gunungkidul Bukan KLB: Sudah dalam Kendali

Mentan Sebut Kasus Antraks di Gunungkidul Bukan KLB: Sudah dalam Kendali

Pradito Rida Pertana - detikJateng
Kamis, 13 Jul 2023 21:11 WIB
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat memberikan bantuan vaksin antraks di Kabupaten Gunungkidul, DIY, Kamis (13/7/2023) malam.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat memberikan bantuan vaksin antraks di Kabupaten Gunungkidul, DIY, Kamis (13/7/2023) malam. Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng
Gunungkidul -

Menteri Pertanian (Mentan) RI Syahrul Yasin Limpo menyatakan kasus antraks di Kabupaten Gunungkidul, DIY, cukup menjadi peringatan tanpa harus ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB).

"Ini sudah warning (peringatan) dan memang saya sependapat tidak di KLB-kan secara nasional. Kalau ini sudah dalam kendali Pak Bupati di sini berarti sudah tidak KLB, tapi penanganannya yang harus insentif," kata Syahrul di Taman Budaya Gunungkidul (TBG), Kamis (13/7/2023) malam.

Syahrul mengatakan penetapan status KLB itu belum perlu karena mengesankan antraks seolah tidak terkendali. Padahal, menurutnya, kasus antraks dapat dikendalikan dengan vaksinasi yang intensif.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau saya melihat dari apa yang disampaikan Pak Bupati, saya pikir kita terlalu mendramatisasi lagi kalau itu KLB. Ingat, kalau itu KLB berarti seakan-akan penanganan tidak terkendali," ucapnya.

Maka itu Kementan menyerahkan bantuan berupa vaksin antraks hingga pendukung lainnya senilai Rp 631.613.132. Untuk rincian vaksin mencapai 60.817 dosis, di mana Gunungkidul mendapatkan 11.017 dosis, dan DIY 12.667 dosis. Adapun 37.133 dosis sisanya menjadi cadangan di BBVet Wates.

ADVERTISEMENT

"Kalau bukan KLB kita berharap seminggu itu selesai, vaksinnya saja harus diperkuat karena hanya dengan divaksin kita bisa kendalikan," imbuh Syahrul.

Meski demikian, Syahrul mengaku terkejut dengan kasus antraks di Gunungkidul yang sampai menimbulkan satu korban jiwa. "Hal yang agak mengejutkan kita karena terkontaminasi pada manusia kan, dan dari deteksi dari Kementan hanya terjadi di Gunungkidul," kata Syahrul.

"Kemarin seperti informasi Pak Bupati memang ada sedikit katakanlah kontraksi di luar dugaan, bahwa antraks masih bisa digali dan dagingnya akhirnya mungkin ikut dikonsumsi dan menjadi persoalan," sambungnya.

Syahrul menjelaskan, setiap tahun antraks muncul di Indonesia dan tidak pernah bisa hilang. Pasalnya spora antraks bisa bertahan di dalam tanah hingga 50 tahun.

"Saat ini ada 3 agenda yang coba kita pasang di semua daerah. Sekarang kalau ada antraks harus ada penanganan darurat. Salah satunya hewan yang kena antraks tidak boleh disentuh apa-apa lagi, langsung dibakar dan dikubur," ucapnya.

"Jangan lagi ada yang bongkar (kuburannya), karena kalau sudah dibakar harapannya virus-virus mati dan ditimbun dengan cukup dalam. Kedua, 200 meter dari titik temuan antraks diisolasi penuh dan dijaga oleh Puskeswan kita," sambungnya.

Sementara itu Bupati Gunungkidul Sunaryanta mengatakan antraks di Gunungkidul sudah terjadi sejak 2019. Menurutnya, di Gunungkidul adalah penularan yang terakhir dibandingkan daerah lain.

Sunaryanta mengimbau masyarakat agar tidak panik dan khawatir menyikapi kasus antraks. "Optimisme ini yang membangun kekuatan kita sehingga sampai saat ini sudah landai dan terkendali," kata dia.




(dil/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads