Kandang Ayam di Pandowoharjo Sleman Diprotes, DLH Ungkap Hasil Pantauannya

Kandang Ayam di Pandowoharjo Sleman Diprotes, DLH Ungkap Hasil Pantauannya

Jauh Hari Wawan S - detikJateng
Selasa, 04 Jul 2023 16:07 WIB
Tangkapan layar video warga dari 4 padukuhan di Kalurahan Pandowoharjo, Sleman, menolak keberadaan kandang ternak ayam di wilayahnya. Diunggah Selasa (4/7/2023).
Tangkapan layar video warga dari 4 padukuhan di Kalurahan Pandowoharjo, Sleman, menolak keberadaan kandang ternak ayam di wilayahnya. Diunggah Selasa (4/7/2023). Foto: dok. IG @halosleman
Sleman -

Warga dari 4 padukuhan di Kalurahan Pandowoharjo, Sleman, menolak keberadaan kandang ternak ayam di wilayahnya. Video protes warga itu beredar di Instagram.

Dalam video yang diunggah akun @halosleman, dilihat detikJateng pada Selasa (4/7), tampak sejumlah warga membentangkan spanduk.

Dalam video itu dinarasikan bahwa spanduk dipasang oleh warga dari 4 padukuhan. Spanduk-spanduk itu bertulisan 'Warga Bersatu!!! Bubarkan Kandang Ayam', 'Bongkar & Bubarkan Kandang Ayam...!!!', 'Ulat, Bau, Penyakit dari Kandang Ayam'. Kandang ayam itu diketahui berlokasi di Padukuhan Karangtanjung, Pandowoharjo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah seorang warga Brayut, Pandowoharjo, Galih mengatakan ada 8 kandang ayam yang sudah beroperasi puluhan tahun dan ditengarai menjadi sumber polusi udara. Dia menyebut ada 4 padukuhan yang terdampak. Warga lalu memasang spanduk-spanduk itu di dekat kandang ayam.

"Lokasinya di Padukuhan Karangtanjung, tetapi letaknya sangat dekat dengan Padukuhan Brayut, Krangasem, dan Toino. Jadi secara otomatis 4 padukuhan tersebut terdampak. Ada 8 kandang dengan 3-4 pemilik, sudah berdiri lebih dari 20 tahun," kata Galih saat dihubungi detikJateng, Selasa (4/7/2023).

ADVERTISEMENT

Galih menjelaskan, warga merasa keberatan karena kandang ayam itu dekat dengan permukiman. Sanitasi kandang ayam itu juga dianggap buruk sehingga menyebabkan bau serta mengundang banyak lalat.

"Yang jadi permasalahan adalah keberadaan kandang di kawasan padat penduduk dengan standar AMDAL (analisis mengenai dampak lingkungan) yang sangat tidak baik. Hal itu menjadikan kandang-kandang menjadi sumber penyakit, lalat, dan polusi udara sampai radius 300 meter," ujarnya.

Sejauh ini, warga yang terdampak telah melapor ke instansi terkait dan pihak Kalurahan Pandowoharjo. Juga telah dilakukan mediasi dengan pemilik kandang.

"Warga sudah lapor ke OPD dan Kalurahan, dan warga sering menyampaikan langsung ke pemilik kandang tapi mereka tidak perduli terhadap permasalahan ini," imbuh Galih.

Dihubungi terpisah, Jogoboyo Kalurahan Pandowoharjo, Margono mengatakan telah melakukan mediasi dan menghasilkan kesepakatan.

"Kemarin sudah kita mediasi antara peternak dengan warga dan sudah ada kesepakatan berita acara. Tapi sampai sekarang berita acara belum ditandatangani, baru kita sodorkan kepada para pihak. Jadi kemarin sudah ada kesepakatan untuk kedua belah pihak," kata Margono.

Menurutnya, warga sudah lama mengeluhkan dampak dari kandang ayam yang sudah berdiri sejak sebelum tahun 2009 itu. Dia menyebut sejauh ini ada 4 padukuhan yang terdampak langsung.

Penjelasan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sleman di halaman selanjutnya.

"Warga menolak karena dampaknya, jadi ada lalat dan aroma bau. Kalau yang banyak (terdampak) Karangasem, kalau yang padukuhannya ada Brayut, Toino, Karangtanjung ada empat tadi tidak semuanya, hanya yang di pinggir-pinggir," ucap Margono.

Dalam waktu dekat, kalurahan akan kembali mempertemukan kedua belah pihak untuk mediasi lebih lanjut.

"Ini katanya minta dikumpulkan lagi, dari pihak terdampak mau minta dipertemukan lagi, baru saja agendakan. Mungkin minggu ini atau minggu depan," ujar Margono.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sleman, Epiphana Kristiyani menyebut pihaknya telah melakukan pemantauan pada 3 Juli lalu.

"Dari hasil pemantauan waktu kami ke sana ayamnya tinggal 2 ribu, karena yang 2 ribu katanya sudah dipindah ke kandang lain," kata Epiphana, Selasa (4/7).

Dari pantauannya, Epiphana menyebut kondisi kandang ayam itu basah, banyak lalat, dan tercium bau kotoran ayam.

"Memang kondisi kandang beberapa tempat itu basah, memang banyak lalat, bau, kurang lebih 50 meter teman-teman yang ke sana bilang tercium baunya," ungkapnya.

Hasil pemantauan itu kemudian ditindaklanjuti dengan membuat kesepakatan dengan pemilik kandang. Dia meminta agar kotoran di kandang itu dibersihkan tiap hari dan dilakukan penyemprotan secara rutin.

"Lalu kemudian akan dilakukan pengurukan dasar kandang, sehingga tidak ada perbedaan tinggi, sehingga menyebabkan kandang ayam itu, yang dasar basah," jelasnya.

Pemilik kandang juga diminta menutup kandang selama 30 hari sejak 3 Juli 2023. "Terakhir pemilik kandang sanggup menutup kandang kurang lebih 30 hari dari tanggal 3 Juli itu," kata Epiphana.

Dia menambahkan, setelah 30 hari, dinas masih akan melakukan pemantauan untuk memastikan pihak pemilik sudah membenahi kondisi kandang ayamnya.

"Ya pasti harus ada pemantauan untuk memastikan apakah yang sudah ditulis di berita acara yang ada di kami sudah dilaksanakan atau belum. Pasti nanti kita akan memantau lagi," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(dil/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads