Kisah Kampung Pitu Nglanggeran Gunungkidul, Hanya Dihuni 7 KK Sejak Dulu

Pradito Rida Pertana - detikJateng
Minggu, 18 Jun 2023 05:30 WIB
Jalan di Kampung Pitu, Pedukuhan Nglanggeran Wetan, Kalurahan Nglanggeran, Kapanewon Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Jumat (16/6/2023). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng
Gunungkidul -

Kampung Pitu di Nglanggeran, Kabupaten Gunungkidul hanya dihuni tujuh kepala keluarga (KK) sejak dulu. Konon, jika penghuni lebih dari itu maka akan ada yang pindah, sehingga jumlahnya tetap 7 KK. Begini kisahnya.

Kampung Pitu, pitu merupakan bahasa Jawa yang artinya tujuh dalam bahasa Indonesia, adalah salah satu Kampung di Pedukuhan Nglanggeran Wetan, Kalurahan Nglanggeran, Kapanewon Patuk, Gunungkidul, DIY.

Kampung Pitu terletak di dataran tinggi tepatnya di sekitar puncak gunung api purba Nglanggeran. Untuk mencapai kampung tersebut terbilang cukup memakan waktu dan tenaga karena akses jalan corblok, tumpukan bebatuan, dan kebanyakan menanjak. Akses ke Kampung Pitu bisa dilalui sepeda motor dan mobil.

Sesampainya di Kampung Pitu, suasana lengang dan masih asri. Kampung tersebut menawarkan pemandangan alam yang memanjakan mata.

Beberapa rumah di kampung tersebut jaraknya berjauhan satu sama lain karena berada di perbukitan. Terlihat beberapa warga tengah duduk di depan rumah, ada juga yang sedang bertani di ladang. Ada beberapa warung kelontong yang menyediakan kebutuhan sehari-hari.

Salah satu warga Kampung Pitu, Surono (42) menjelaskan nama Kampung Pitu belum lama digunakan. Surono mengungkapkan jika dahulu kampung tersebut lebih dikenal dengan nama Kampung Telaga dan Kampung Gunung Wayang.

"Nama Kampung Pitu sebenarnya belum lama, itu baru 2014 kalau tidak 2015, dulu itu namanya Kampung Gunung Wayang atau Telaga," kata Surono saat ditemui detikJateng di rumahnya, Jumat (16/6/2023).

Suasana di Kampung Pitu, Pedukuhan Nglanggeran Wetan, Kalurahan Nglanggeran, Kapanewon Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Jumat (16/6/2023). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng

Terkait sejarah Kampung Pitu, Surono menceritakan awalnya dari penemuan pohon kinah gadung wulung di kampung tersebut. Selanjutnya, pihak Keraton Jogja menggelar sayembara siapa yang mampu tinggal di wilayah tersebut.

"Dulu memang ada sayembara siapa yang mampu tinggal di wilayah Kampung Pitu ini diberi tanah secukupnya oleh pihak Keraton. Nah, dulu itu yang kuat hanya Mbah Iro Dikromo," ungkapnya.

"Saat itu Mbah Iro Dikromo disuruh menjaga pohon kinah gadung wulung, setiap hari dibersihkan dan dirawat terus. Lalu tiba-tiba hilang, tidak tahu entah ke mana pohon itu karena di dalam pohon tersebut ada benda pusakanya," lanjut Surono.

Suasana di kawasan Kampung Pitu, Pedukuhan Nglanggeran Wetan, Kalurahan Nglanggeran, Kapanewon Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Jumat (16/6/2023). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng

Setelah berhasil memenangkan sayembara tersebut, kata Surono, Mbah Iro Dikromo tinggal di kampung tersebut hingga memiliki keturunan. Menurutnya, keturunan dari Mbah Iro Dikromo itulah yang tinggal di Kampung Pitu hingga saat ini.

"Nah, Mbah Iro Dikromo itu memiliki keturunan, sampai sekarang bapak saya generasi keempat, bapak saya namanya Redjo Dimulyo. Kalau Mbak Iro Dikromo itu asalnya dari Banyumas, Jawa Tengah," ujarnya.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.



Simak Video "Video: Truk Molen Tabrak Motor-Penjual Bakso di Gunungkidul, 3 Orang Tewas"


(rih/rih)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork