5 Fakta Rusaknya Peninggalan Ki Hajar Dewantara Akibat Ricuh di Jogja

Terpopuler Sepekan

5 Fakta Rusaknya Peninggalan Ki Hajar Dewantara Akibat Ricuh di Jogja

Tim detikJateng - detikJateng
Minggu, 11 Jun 2023 14:30 WIB
Kerja bakti membersihkan Kompleks Museum Dewantara Kirti Griya Tamsis. Polda DIY bersama PSHT, Brajamusti, dan TNI bergotong royong membersihkan Museum Ki Hajar Dewantara yang sempat rusak gegara massa tawuran, Jumat (9/6/2023).
Kerja bakti membersihkan Kompleks Museum Dewantara Kirti Griya Tamsis. Polda DIY bersama PSHT, Brajamusti, dan TNI. Foto: Adji G Rinepta/detikJateng
Solo -

Tawuran antara massa Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) dan Brajamusti di Jalan Taman Siswa (Tamsis) Jogja pada Minggu lalu berdampak pada Museum Taman Siswa Dewantara Kirti Griya. Beberapa peninggalan Ki Hajar Dewantara rusak akibat kericuhan itu. Berikut 5 faktanya.

1 Polda DIY Minta Maaf-Bertanggung Jawab

Mewakili institusi kepolisian DIY, Kapolda DIY Irjen Suwondo Nainggolan telah meminta maaf kepada pihak Yayasan Tamansiswa karena telah menggunakan fasilitas milik yayasan tersebut saat terjadi tawuran antara kelompok PSHT dan Brajamusti pada Minggu (4/6) malam.

Permintaan maaf itu disampaikan Irjen Suwondo saat mendatangi kantor Yayasan Persatuan Tamansiswa pada Senin (5/6) pukul 14.30 WIB.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kapolda DIY meminta maaf telah menggunakan fasilitas/gedung/aula yayasan untuk mengevakuasi kelompok tersebut," kata Kasi Humas Polresta Jogja, AKP Timbul Sasana Raharjo, dalam keterangan tertulisnya, Senin (5/6/2023).

2. Demi Cegah Jatuhnya Korban

Timbul menjelaskan, polisi saat itu menggunakan fasilitas/gedung/aula yayasan untuk mengevakuasi kelompok massa untuk mencegah jatuhnya korban. Selanjutnya, kelompok itu dievakuasi ke Mapolda DIY.

ADVERTISEMENT

"Apabila hal tersebut menimbulkan adanya kerusakan maka merupakan tanggung jawab dari Polda DIY," ujar Timbul.

Kedatangan rombongan Kapolda DIY ke kantor Yayasan Persatuan Tamansiswa, Senin (5/6), diterima perwakilan pihak yayasan, Saur Panjaitan. Perwakilan dari pihak Brajamusti dan PSHT juga ikut dalam pertemuan tersebut.

3. Polisi, PSHT-Brajamusti Kerja Bakti

Selain meminta maaf, Polda DIY juga menggandeng organisasi PSHT dan Brajamusti untuk bersih-bersih di Museum Ki Hajar Dewantara, Jumat (9/6). Pembersihan kompleks museum itu juga melibatkan anggota TNI.

Kerja bakti tersebut juga dalam rangka Hari Bhayangkara ke-77, serta HUT ke 101 Tamansiswa. Presiden Brajamusti Muslich Burhanudin mengatakan kegiatan itu sebagai wujud komitmen perdamaian dengan PSHT.

"Pertama-tama kita berusaha mewujudkan komitmen yang sudah jalankan di Polda DIY kemarin dengan saudara-saudara kita PSHT," ujar Muslich kepada wartawan di lokasi, Jumat (9/6/2023).
Ketua PSHT Kota Jogja, Sutopan Basuki juga menyatakan kerja bakti itu sebagai terwujudnya komitmen perdamaian organisasinya dengan Brajamusti.

"Kondisi sudah landai, adem ayem. Tolong jangan termakan provokasi berita-berita yang provokasi dan menimbulkan kerasahan di warga masyarakat Jogja," imbau Sutopan di lokasi.

Penjelasan pihak museum di halaman selanjutnya.

4. Museum Tutup Sementara

Diberitakan sebelumnya,pihak pengelola harus menutup sementara Museum Taman Siswa Dewantara Kirti Griya di Jalan Tamsis, Kota Jogja, karena rusak terdampak tawuran itu.

Keesokan hari usai tawuran, Senin (5/6), tampak beberapa pot di museum tersebut rusak dan berantakan. Wastafel, kursi, hingga pintu belakang museumnya jebol. Beberapa jejak kaki juga mengotori meja di museum tersebut.

Tampak pula tulisan berisi pemberitahuan bahwa kegiatan layanan di Museum dan Perpustakaan Tamansiswa ditutup sementara sampai selesainya identifikasi dan recoverisasi.

5. Penjelasan Pihak Museum

Kepala Museum Taman Siswa Dewantara Kirti Griya Ki Murwanto mengatakan ada beberapa benda bersejarah di museum yang rusak.

"Untuk benda bersejarah ada meja dan kursi, kalau fasilitas seperti pot tanaman sama pintu yang jebol. Yang rusak meja Ki Hajar Dewantara (meja tamu) sangat bersejarah sekali, ada nilainya, terus satu kursi yang dilempar, satu pintu jebol karena untuk melarikan diri," kata Ki Murwanto kepada detikJateng, Senin (5/6/2023).

Ketua Umum Asosiasi Museum Badan Musyawarah Musea (Barahmus) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Bambang Widodo menjelaskan, kerusakan museum akibat massa dari salah satu kelompok masuk ke dalam museum. Saat itu polisi menggiring massa ke selatan namun terjadi kericuhan, sehingga massa masuk ke museum.

"Polisi mengarahkan massa ke sini, mereka tahu massanya banyak. Nah mereka yang dari luar itu lari menyelamatkan diri masuk ke museum. Makanya pintunya dijebol, kursi dilempar. Jadi mereka itu niatnya menyelamatkan diri, tapi mungkin dalam kondisi panik ya," ucap Bambang.

Halaman 2 dari 2
(dil/sip)


Hide Ads