Hari ini tepat 17 tahun lalu gempa berkekuatan 5,9 skala richter mengguncang DIY, khususnya di Kabupaten Bantul. Warga Pedukuhan Potrobayan, Kalurahan Srihardono, Kapanewon Pundong, Bantul menyebut saat itu terdengar dentuman berulang kali hingga tiba-tiba sumur warga menjadi kering kerontang.
Ketua RT 3 Pedukuhan Potrobayan, Kasiyoto mengatakan, bahwa saat itu dirinya sudah ke ladang untuk menanam kacang. Sedangkan istrinya masih berada di rumah.
"Nah, saat di sawah itu kok tiba-tiba rasanya seperti naik perahu di tengah ombak, sampai saya mau berdiri saja susah," katanya kepada wartawan di Potrobayan, Bantul, Jumat (26/5/2023).
Setelah menyadari jika goncangan itu akibat gempa, Kasiyoto langsung menuju rumah dengan mengayuh sepedanya. Kasiyoto semakin mempercepat kayuhannya karena melihat banyaknya rumah roboh di sepanjang perjalanan.
"Sampai rumah sepeda langsung saya brukke (taruh sembarang) karena panik, dan alhamdulillah anak istri saya selamat meski rumah saya roboh," ujarnya.
Selanjutnya, pria murah senyum ini langsung menolong tetangganya yang tertimpa reruntuhan bangunan rumah. Tidak berhenti sampai di situ, ketika tengah bergotong-royong muncul isu tsunami.
"Saat itu ada isu tsunami juga, karena panik saya jalan satu kilometer ke arah utara. Bikin kacau isu itu, untung dapat informasi kalau itu kabar bohong dan langsung balik lagi saat itu," ucapnya.
Lebih lanjut, pascakejadian itu terdengar suara dentuman dari tempuran Sungai Opak. Menurutnya, selain frekuensi yang sering, setelah terdengar dentuman itu selalu disusuli getaran.
"Setelah gempa itu memang ada dentuman, jlung-jlung dan gerak itu rasanya. Ada cerita itu, karena sumur kering semua, saya kan cari air di sungai pasti saat jlung, huyug-huyug (goncangan akibat gempa) di tengah Kali Opak itu ada plupuk-plupuk (gelembung air) banyak, lalu saya pergi karena takut," katanya.
Menurut Kasiyoto, suara dentuman itu berlangsung sepekan dengan durasi yang sangat sering. "Suaranya itu seperti di bawah tanah ini, jlung-jlung gitu pokoknya," ucapnya.
Terkait keringnya sumur, dia mengaku hal tersebut terjadi setelah gempa. Bahkan, hal itu terjadi hampir di semua sumur milik warga Potrobayan.
"Semua sumur di sini (Potrobayan) kering semua, seakan-akan airnya hilang semua," ucapnya.
Situasi tersebut, kata, Kasiyoto, berlangsung selama satu bulan. Bahkan, peneliti dari UPN 'Veteran' Yogyakarta hingga datang dan menduga jika keringnya air pada sumur karena bergeraknya sesar sehingga pasir naik.
"Sekitar sebulan asatnya (keringnya sumur) itu, dan setelah ada sumur bor baru airnya ada lagi. Jadi dulu 12 meter sudah keluar air, tapi gara-gara kejadian itu setelah 12 meter harus dibor lagi ke bawah, ya dibornya sampai sekitar 20 meter baru keluar air," ucapnya.
Terlepas dari hal tersebut, dia mengaku sempat trauma untuk masuk ke dalam rumah. Namun semua itu hanya berlangsung sementara.
"Iya trauma, sepekan saya tidak berani masuk rumah. Tapi kan ada penyuluh dan pelatihan dari banyak pihak sehingga tidak takut," ujarnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
Simak Video "Video: Melihat Makam Arya Daru, Ternyata Sempat Diacak-acak OTK"
(aku/aku)