Bagi sebagian orang, mudik menjadi salah satu kegiatan wajib yang harus dilakukan. Bertemu dengan keluarga dan sanak famili saat Idul Fitri menjadi alasan.
Berbagai cara dilakukan orang untuk mudik. Ada yang menggunakan kendaraan pribadi seperti sepeda motor dan mobil hingga harus menggunakan kendaraan umum.
Akan tetapi, Eko Pujonarko (45), memilih mudik dengan menggunakan sepeda lipat milik anaknya. Berangkat dari Jakarta pada Sabtu (15/4/2023) pagi, Pujo sapaannya, mengayuh ratusan kilometer untuk pulang ke rumahnya di Kapanewon Depok, Sleman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya berangkat Sabtu pagi. Sekarang ini baru ngemper di minimarket daerah Ngawen, Klaten, untuk istirahat. Targetnya nanti sebelum maghrib sampai rumah," kata Pujo saat dihubungi detikJateng, Rabu (19/4/2023).
Bukan kali ini saja dirinya mengayuh sepeda untuk pulang kampung. Dulu, tahun 2019, dia juga mudik dengan sepeda.
"Bedanya dulu 2019 itu ramai-ramai. Sekarang saya sendiri," ucapnya.
Pria yang berprofesi sebagai sales itu bilang, sudah tiga kali Lebaran tidak bisa mudik dengan sepeda. Selain karena dulu ada pandemi, jadwal pekerjaannya juga tidak memungkinkan untuk ditinggal.
"Tiga kali nggak kejadian karena jadwal kerjaan. 2020 susah karena pandemi. 2021 dan 2022 agak repot dengan jadwal kerjaan," ucapnya.
Kendati sudah mengajukan cuti di tanggal 17 April kemarin, Pujo juga masih berkutat dengan pekerjaan. Laptop pun tak lupa dia bawa sepanjang perjalanan. Sebab, masih ada beberapa rapat virtual yang harus dia hadiri.
"Senin kemarin dua kali rapat. Nanti jam setengah 4 sore juga ada rapat lagi. Memang walau cuti tapi ada hal yang masih harus dikerjakan," bebernya.
Di sisi lain, Pujo mengaku cukup menikmati perjalanannya, walau hanya sendiri. Baginya, jalan sendiri justru lebih fleksibel.
Ia pun tak melulu gowes sepedanya. Setiap malam, setelah pukul 20.00 WIB, Pujo selalu memutuskan untuk berhenti beristirahat agar kondisi fisik terjaga.
"Kalau capek bisa istirahat kapan saja. Kalau ramai itu kadang tidak enak kalau napas kita udah ngos-ngosan yang lain masih kuat mau istirahat kan juga nggak enak," ucapnya.
Sejauh ini, Pujo tak pernah menggunakan aplikasi peta di ponsel. Ia mengaku sudah hafal betul rute yang dilewati. Selain itu, jalur yang diambil juga merupakan jalur bus.
"Selama ini tidak ada kendala, bus malam, pemudik motor itu juga ngasih semangat, tidak ada masalah, dan nyaman-nyaman saja," bebernya.
Selengkapnya di halaman berikut.
"Lewat jalur bus itu juga kalau misal ban bocor, atau ada kondisi khusus harus nyari mobil boks lebih mudah," bebernya.
Hal berbeda lainnya adalah Pujo mencoba jalur utara. Jalur ini berbeda dengan jalur tengah yang dia tempuh pada 2019 silam.
"Alasannya ya cuma karena senang pit-pitan saja. Saya seneng dolan jadi kalau naik sepeda jarak jauh itu rasanya marem puas cuma itu saja sih," katanya.
Eko Pujonarko (45) milih mudik ke Jogja dengan gowes dari Jakarta, Kamis (19/4/2023). Foto: dok. Pribadi/Eko Pujonarko |
Baginya tantangan mudik gowes sendirian yang paling berat adalah di mental dan emosi. Di sini dai harus melatih kesabarannya sendirian.
Pada 2019 silam, Pujo menempuh 560 kilometer Jakarta-Sleman dengan total 84 jam perjalanan dan 38 jam mengayuh sepeda.
Simak Video "Video: Tampang 'Mas-mas Pelayaran' yang Bentak Driver di Godean"
[Gambas:Video 20detik]
(ams/ams)












































