Kawasan air terjun Kedung Kandang di Kalurahan Nglanggeran, Kapanewon Patuk, saat ini tutup karena terdampak pembangunan jalan baru penghubung Gunungkidul-Sleman. Ternyata, konon Kedung Kandang merupakan tempat binatang minum.
Ketua Pokdarwis Desa Wisata Nglanggeran Mursidi mengatakan dirinya sempat mengobrol dengan sesepuh Nglanggeran terkait sejarah Kedung Kandang. Menurutnya, di kawasan tersebut dulunya terdapat kedung atau kolam.
"Kalau dari cerita sesepuh, namanya Kedung Kandang karena di situ ada kedung atau kolam/cekungan. Nah, zaman dahulu sebelum banyak permukiman masyarakat di situ masih banyak binatang-binatang liar," kata Mursidi kepada detikJateng, Senin (10/4/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Binatang-binatang tersebut, kata Mursidi, saat musim kemarau sering mendatangi Kedung Kandang. Pasalnya kedung di kawasan tersebut tidak pernah kering meski musim kemarau.
"Saat musim kemarau hanya kedung itu satu-satunya yang tidak kering. Sehingga kedung itu dijadikan tempat untuk minum binatang-binatang liar dan menjadi seperti kandang. Karena itu disebut Kedung Kandang," jelasnya.
Selain itu, batuan yang menyerupai undak-undakan di air terjun Kedung Kandang merupakan batuan dari gunung berapi purba. Sedangkan untuk ketinggian air terjun tersebut sekitar 4-5 meter.
"Itu jenis batuan andesit vulkanik. Untuk ketinggian Kedung Kandang paling hanya 4-5 meter saja. Kalau ditambah undak-undakan dari atas sampai bawah tingginya sekitar 100 meter," ujarnya.
Seiring berjalannya waktu, tepatnya saat munculnya Desa Wisata Nglanggeran, barulah masyarakat memaksimalkan potensi Kedung Kandang sebagai salah satu objek wisata.
"Potensi sudah ada dari dulu dan kenapa baru dibuka tahun 2014. Karena menunggu gunung api purba dan embung Nglanggeran dibuka baru berlanjut Kedung Kandang," ucapnya.
![]() |
Sementara itu, pengelola Desa Wisata Nglanggeran, Lilik Suharyanto mengatakan bahwa kedung itu semacam cekungan air. Sedangkan disebut kandang karena dimanfaatkan bagi warga untuk irigasi persawahan dan juga hewan ternak untuk minum dan mandi.
"Karena kedung itu dekat dengan area persawahan biasanya angon (memelihara dengan cara mengumbar) hewan. Selain itu, dulu memang Kedung Kandang ini cekungannya dalam hampir satu batang bambu," kata Lilik.
Namun lama-kelamaan kedalaman cekungan tersebut hanya setinggi orang dewasa. "Semua itu karena terkena endapan lumpur," ucapnya.
(rih/apl)