Bagi laki-laki, perkara sunat tidak bisa dipandang enteng. Itu merupakan ritual sekali seumur hidup dan dianggap sakral sehingga tak bisa dilakukan di sembarang tempat.
Di Jogja, Juru Supit Bogem merupakan tempat sunat paling legendaris. Berdiri sejak tahun 30-an, tempat sunat yang berlokasi di Jalan Raya Solo-Yogyakarta KM 16, Kalasan, Sleman, ini telah puluhan tahun membantu pria yang jumlahnya sudah tak terhitung lagi.
Adalah, Budi Harjanto, yang kini mengelola klinik supit itu. Dia merupakan generasi kedua yang meneruskan kiprah sang ayah sekaligus pendiri Juru Supit Bogem yakni RN Notopandoyo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulu ya sejarahnya door to door tidak seperti ini. Dulu sebulan hanya dua, tiga, empat itu dari door to door. Jadi dulu seperti itu," kata Budi saat ditemui detikJateng, Kamis (23/2/2023).
Dari mulai door to door lambat laun tersiar kabar kehebatan RN Notopandoyo. Peminat pun membludak. Hingga RN Notopandoyo kewalahan dan akhirnya diputuskan untuk membuka klinik di rumah.
Juru Supit Bogem juga dikenal sebagai tempat sunat yang tidak menyakitkan dan cepat sembuh. Keahlian menyunat RN Notopandoyo, didapatkan dari seorang mantri sunat Keraton Ngayogyakarta, Sutadi Hardiyoto.
"Yang jelas itu bapak dulu, sejarahnya dulu, zaman dulu kok tetak (sunat) sakit. Itu tahun 1930-an akhirnya bapak meguru seorang mantri terus akhirnya bapak itu punya motto supit neng nggon ku ora loro, cepet mari (sunat di tempatku tidak sakit, cepat sembuh)," ucapnya.
Kini, Budi mewariskan teknik menyunat ke tiga orang putranya. Mereka yakni Dendra Sunanto Harjono, Aulia Kurniadi, dan Gading Jatmika. Ketiganya juga yang nantinya akan meneruskan juru supit ini.
"Sekarang mau tiga, kita sudah menyiapkan generasi ketiga. Ada proses (belajar) sebelum memotong (nyunat). Saya dulu dididik bapak juga," bebernya.
Budi, juga ingin memberikan pelayanan terbaik untuk pasien yang datang. Karena menurutnya sunat adalah hal yang sakral.
"Sunat itu kan sakral cuma sekali, dulu kalau khitan itu selama hidup cuma sekali, itu sakral sekali," pungkasnya.
(aku/aku)